Budi Gunadi Ingin Layanan Kesehatan Baik Primer dan Rujukan Dapat Dijangkau dengan Mudah
Menteri Kesehatan Budi Gunadi (kemeja batik) di acara Simposium International Code of Medical Ethics (ICoME)/ Foto: IST

Bagikan:

JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama World Medical Association (Asosiasi Dokter Sedunia) menyelenggarakan Simposium International Code of Medical Ethics (ICoME) bekerjasama dengan World Medical Association atau Asosiasi Dokter Medis Sedunia. Simposium ini merupakan pembukaan dari rangkaian konferensi World Medical Association yang berlangsung Senin-Selasa (4-5 Juli) di Jakarta.

Mengambil tema ”How Indonesian Medical Association (Ikatan Dokter Indonesia) and Worldwide Medical Organizations Standardize Medical Ethics and Professionalism”, simposium ini berfokus pada masalah etik kedokteran dalam dunia masa kini.

“Kementerian kesehatan telah berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan, sehingga semua orang memiliki akses layanan kesehatan yang mudah dan berkualitas serta dengan biaya yang terjangkau baik di layanan primer maupun rujukan.” kata Ir Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI dalam sambutannya di Simposium International Code of Medical Ethics (ICoME) yang diselenggarakan oleh PB IDI dan WMA, Minggu, 3 Juli.

Sementara uty Ketua Umum PB IDI Dr M Adib Khumaidi mengatakan bahwa sinergi dan kolaborasi IDI dengan WMA sudah berlangsung sejak kedua organisasi ini berdiri dan IDI sejak dahulu hingga hari ini merupakan satu-satunya anggota WMA yang diakui dan mewakili Indonesia.

Kolaborasi ini, lanjutnya, bukan hanya terkait dengan masalah etik kedokteran internasional saja, namun juga dalam setiap hal terkait kedokteran dan dunia medis. Dukungan WMA dan pemerintah untuk IDI sangat berarti bagi organisasi profesi ini sehingga IDI terus bisa berkembang dan menjalankan amanat negara untuk menjaga kualitas dokter dan pelayanan kedokteran semata demi kepentingan rakyat.

“Asosiasi Medis Dunia (WMA) telah mengembangkan Kode Etik Medis Internasional sebagai kanon prinsip-prinsip etika untuk anggota profesi medis di seluruh dunia. Sesuai dengan Deklarasi WMA Jenewa: The Physician's Pledge, yang mendefinisikan dan menjelaskan tugas profesional dokter terhadap pasien mereka, dokter lain dan profesional kesehatan, diri mereka sendiri, dan masyarakat secara keseluruhan.” terang Adib Khumairi.

Simposium ini menghadirkan sejumlah pembicara dari Indonesia dan Internasional. Diantaranya Sekjen WMA Dr Otmar Kloiber, Bendahara WMA Prof Ravindra sekaligus yang mendalami etika kedokteran telemedis, dr Ramin Parsa-Parsi yang merupakan inisiator dari perubahan deklarasi Geneva dan International Code of Medical Ethics yang saat ini sedang direvisi, dan Prof Urban Wiesing yang merupakan bagian dari inisiator Deklarasi Helsinki yang saat ini menjadi rujukan seluruh komite etik penelitian seluruh dunia termasuk Indonesia.