JAKARTA - Usai libur panjang akhir Oktober, kini nilai tukar rupiah di pasar spot bergerak melemah pada pembukaan perdagangan awal November. Rupiah dibuka melemah 25 poin ke level Rp14.650 per dolar Amerika Serikat (AS).
Rupiah pun menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan Asia Pasifik. Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, beberapa sentimen negatif membayangi pergerakan harga di pasar keuangan hari ini.
"Kasus penularan COVID-19 yang meninggi dan mendorong pemberlakuan lockdown di beberapa negara Eropa mendorong sentimen negatif tersebut. Pemberlakuan lockdown akan mengganggu pemulihan ekonomi," ujar Ariston kepada VOI.
Hal itu menurutnya, berpotensi mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar AS karena pasar mencari aman di mata uang Negeri Paman Sam tersebut.
"Selain itu, stimulus fiskal AS yang ditunda juga mendorong pelaku pasar mencari aset aman," ujarnya.
Adapun sentimen dari dalam negeri, kata Ariston, pasar mewaspadai kegiatan demo penolakan UU Cipta Kerja (Ciptaker) yang akan berlangsung hari ini.
"Potensi pelemahan rupiah hari ini di kisaran Rp14.600-14.750 per dolar AS," jelasnya.
Hingga pukul 09.00 WIB, mata uang di Asia bergerak mixed. Ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di kawasan setelah naik 0,10 persen.
Disusul yuan China yang terangkat 0,08 persen dan won Korea Selatan yang menguat 0,07 persem terhadap dolar AS.
Berikutnya ada baht Thailand yang terkerek 0,04 persen serta dolar Taiwan yang menguat tipis 0,01 persen pada pagi ini.
Sedangkan peso Filipina berada satu tingkat lebih baik dari rupiah setelah melemah 0,13 persen terhadap dolar AS. Kemudian ada dolar Hong Kong dan yen Jepang yang sama-sama turun 0,04 persen di awal perdagangan.
Sementara itu, yen Jepang terlihat melemah tipis 0,02 persen.