JAKARTA - Sara Duterte Carpio, anak perempuan dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte yang akan turun jabatan, dilantik sebagai wakil presiden ke-15 negara tersebut pada Minggu, dan menyerukan persatuan nasional menyusul kampanye pemilu yang memecah.
“Hari-hari ke depan mungkin akan dipenuhi oleh berbagai tantangan yang membuat kita harus lebih bersatu sebagai sebuah bangsa,” katanya dalam pidato pelantikan di kota asalnya Davao seperti dikutip Antara, di mana dia mengambil sumpah jabatan dengan kedua orang tuanya di sisinya.
Duterte-Carpio yang berusia 44 tahun merupakan pasangan dari Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong Marcos yang juga memenangi pemilu pada 9 Mei lalu dan akan dilantik sebagai presiden negara tersebut pada 30 Juni. Periode pemerintahan mereka selama 6 tahun pun akan dimulai.
Marcos, yang merupakan anak dari seorang diktator dengan nama yang sama, yang dilengserkan dalam pemberontakan pada tahun 1986 lalu, juga turut berpartisipasi dalam upacara pelantikan yang dihadiri oleh kerabat Sara Duterte Carpio, serta para pendukung dan sekutunya.
Keduanya berhasil meraih kemenangan telak, dengan margin luar biasa yang belum pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir.
Mereka membentuk aliansi penting dan menjalankan pesan persatuan yang juga membantu banyak sekutu memenangi kursi di posisi legislatif dan pemerintah daerah.
Seperti ayahnya, Duterte-Carpio dilatih sebagai pengacara sebelum memasuki kancah politik pada tahun 2007 saat dia terpilih sebagai wakil walikota ayahnya di Davao, 1.000 km dari ibu kota Manila.
Setelah awalnya berniat untuk menjadi dokter, dia berbelok dan mengejar karir politiknya dan pada 2010 menggantikan ayahnya menjadi walikota perempuan pertama di Davao.
"Jika kita semua meluangkan waktu sejenak untuk mendengarkan panggilan untuk melayani dan memutuskan untuk mengindahkan panggilan ... saya percaya negara akan menuju masa depan dengan harapan, keamanan, kekuatan, stabilitas, dan kemajuan," kata Sara Duterte Carpio, yang juga akan merangkap jabatan sebagai Menteri Pendidikan pada kabinet Bongbong Marcos.