JAKARTA - Turunnya harga jengkol dan tiket pesawat mendorong Kota Padang mengalami deflasi pada September 2020 berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik Sumatera Barat.
"Pada September 2020 Padang mengalami deflasi 0,05 persen dipicu penurunan harga tiket pesawat dan jengkol serta telur ayam ras," kata Kepala BPS Sumbar Pitono di Padang, dilansir Antara, Kamis, 1 Oktober.
Menurutnya, berbeda dengan Agustus 2020 yang ketika itu Padang mengalami inflasi sebesar 0,09 persen, penurunan harga sejumlah komoditas membuat indeks harga konsumen mengalami deflasi.
Komoditas lainnya yang mengalami penurunan harga yaitu terong, perhiasan emas, cabai rawit, sawi putih, air kemasan, daun bawang dan labu siam.
Sebaliknya pada September 2020 sejumlah komoditas mengalami kenaikan harga yang menjadi penyumbang inflasi yaitu bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, jeruk, bayam, tomat, ayam hidup, minyak goreng dan pepaya.
Dari 24 kota di Sumatera sebanyak 13 kota mengalami inflasi dan 11 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli sebesar 1 persen dan terendah di Pekanbaru 0,01 persen.
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Banda Aceh sebesar 0,32 persen dan terendah di Bukit Tinggi 0,01 persen.
Kota Padang menduduki peringkat delapan dari semua kota yang mengalami deflasi di Sumatera dan secara nasional menduduki urutan ke-41 dari semua kota yang mengalami deflasi di Tanah Air.
Sementara berdasarkan data yang dihimpun dari Pengelola Bandara Minangkabau di Padang Pariaman dengan adanya pandemi terjadi penurunan jumlah penerbangan hanya berkisar 1.600 sampai 1.800 penumpang dengan 26 penerbangan per hari.
Terkait dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta Eksekutif General Manajer PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau Yos Suwagiyono mengakui terjadi sedikit penurunan penerbangan karena biasanya mencapai 30 penerbangan dan turun jadi 26.
Sementara Kepala Otoritas Bandara wilayah VI Padang Agoes Soebagyo berharap kepercayaan masyarakat menggunakan angkutan udara kembali pulih dengan menciptakan penerbangan yang tidak hanya selamat, aman dan nyaman tetapi juga sehat.
"Masyarakat yang sehat dan aktif melakukan aktivitas transportasi udara akan berdampak pada kesehatan operator penerbangan. Dan pada akhirnya hal ini akan dapat menggerakkan perekonomian nasional sehingga dapat tumbuh dan menyejahterakan masyarakat dan bangsa Indonesia, kata dia.
Untuk itu, perlu ada persamaan persepsi antara regulator serta seluruh pemangku kepentingan agar konsisten dalam melaksanakan regulasi penerbangan baik nasional maupun internasional dengan ditambah protokol kesehatan yang ketat sehingga tercipta penerbangan yang selamat, aman, nyaman dan sehat.
“Juga diperlukan kolaborasi yang baik untuk melakukan kampanye, memberikan edukasi secara masif pada masyarakat tentang penerbangan yang selamat, aman, nyaman dan sehat,” ujarnya.