Bagikan:

JAKARTA - Banjir bandang yang disebabkan hujan lebat berhari-hari di Korea Selatan memakan 13 korban jiwa. Selain itu, 13 orang hilang dan seribu lainnya mengungsi.

Dilansir Reuters, Selasa, 4 Agutus, para korban tewas diduga tewas karena tanah longsor dan tersapu derasnya air bah. Saking ganasnya, banjir menggenangi 5.751 hektare lahan pertanian dan membuat sejumlah jalan raya utam dan jembatan di Seoul putus akses.

Atas kejadian itu, Presiden Moon Jae-in langsung menjadwalkan pertemuan darurat. Presiden menginstruksikan kepada pemerintah regional untuk melakukan upaya habis-habisan mencegah bertambahnya korban jiwa.

Penelusuran dilakukan terkait bencana ini. Para ahli di Korea Meteorological Administration (KMA) mengatakan, jika ditelusuri, hujan deras yang melanda Korea Selatan (Korsel) selama beberapa hari itu kemungkinan adalah dampak dari pemanasan global. Mencairnya es di Kutub Utara, kata para ahli telah mendorong arus udara dingin ke Asia Timur.

"Perubahan iklim di Arktik dan Siberia menyebabkan hujan turun di Asia Timur, termasuk Korea Selatan, seperti butterfly effect," kata seorang pejabat KMA kepada The Korea Herrald.

Tak cuma KMA. Profesor geografi di Universitas Konkuk, Lee Seung-ho pun mengungkap hal yang sama. "Kutub Utara mencair, mempersempit kesenjangan suhu antara Kutub Utara dan garis tengah, dan akhirnya memicu gelombang dingin untuk mengalir ke garis lintang tengah.“

“Sementara itu, ketika tekanan tinggi melemah, hujan musiman tidak bisa bergerak ke utara dan terjebak di wilayah tengah Semenanjung Korea. Alasan mendasar di balik semua ini adalah pemanasan global," tutupnya.