Kemenkes Siapkan Kegiatan Rutin untuk 238 Orang yang Diobservasi di Natuna
Ilustrasi foto (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Kesehatan menyiapkan sejumlah skenario observasi terhadap 238 warga negara Indonesia yang berada di Natuna. Mereka datang dari Wuhan, China dan sekarang dikarantina di Natuna.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihartono mengatakan, para WNI ini akan diobservasi selama 14 hari. Setiap harinya, aakan ada tenaga medis yang meriksa mereka.

"Pemeriksaan kesehatan dilakukan dua kali dalam sehari, dalam bentuk pengukuran suhu," ucap Anung di Jakarta, Senin, 3 Februari.

Selain itu, sejumlah kegiatan harian juga disiapkan untuk mereka. Di antaranya, olahraga bersama dan kegiatan seni lainnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau perkembangan imunitas tubuh mereka.

Setelah masa observasi rampung, dan tak ada satu pun WNI yang teridentifikasi mengalami gejala-gejala virus corona, maka mereka akan dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, jika sebaliknya yang terjadi, petugas medis akan melakukan langkah selanjutnya, namun Anung tak memaparkannya. 

"Maka secara umum, 14 hari dirasakan cukup untuk observasi kesehatan. karena sudah melalui dua tapahan. cek disama dan disini, dan masa inkubasi sudah kita skenariokan. Tetapi, kalau dalam 14 hari ada satu, dua tau sekian orang yang menunjukkan gejala, tentu skenarionya akan lain," papar Anung.

Selanjutnya, dia menambahkan, Presiden Jokowi sudah menggelar rapat kabinet untuk membahas skenario lainnya apabila membutuhkan penanganan lanjutan. Salah satu di antaranya tentang kesiapan sejumlah rumah sakit untuk menghadapi virus tersebut.

Dari 100 Rumah Sakit yang diminta untuk menjadi tempat penanganan, baru 93 yang memgembalikan self assesment kepada Kemenkes terkait dengan kesiapan pada sisi Sumber Daya Manusia (SDM), serta sarana dan prasarana. Meski demikian, hanya 26 rumah sakit yang memenuhi segala aspek yang telah ditentukan.

"Ada 26 rumah sakit itu SDM nya lengkap dan sudah melakuan simulai tentang penanganan flu burung di daerahnya. Sebanyak 26 rumah sakit ini memiliki 52 ruang isolasi dengan jumlah tempat tidur sebanyak 113 tempat tidur yang memang didekasi untuk melayani penyakit darurat," kata Anung.

Sementara itu, saat rapat dengan Komisi IX DPR, hari ini, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menjelaskan, rumah sakit yang dijadikan rujukan ini pernah jadi rujukan saat Indonesia menghadapi wabah flu burung 2007. 

Dari 100 rumah sakit rujukan yang sudah disiapkan pemerintah, tiga di antaranya ada di Jakarta, untuk yang rujukan nasional. Sementara untuk rujukan ke provinsi, dan regional, Terawan belum membeberkannya. 

"Untuk RS rujukan nasional ada di RS Pusat Infeksi Soeroso, RSPAD Gatot Subroto, dan RS persahabatan," kata Terawan sambil menambahkan akan segera melaporkan segala perkembangan kesiapsiagaan rumah sakit rujukan ini.