Sisihkan 28 Peserta, Siswi SMPN 1 Kota Cilegon Anggrek Gunawan Jadi Juara Festival Mural di Polda Banten
BANTEN - Anggrek Gunawan, siswi SMPN 1 Kota Cilegon berhasil menjadi juara di Festival Mural Bhayangkara Piala Kapolri 2021 tingkat Polda Banten.
Pemilik nama lengkap Kania Anggrek Gunawan ini menampilkan mural dengan tema 'bersama kita bisa lewati COVID-19' dan mampu menyisihkan 28 peserta lainnya.
"Kita berharap 2022 terbebas dari COVID-19 dan menatap masa depan yang lebih baik," kata Anggrek di lokasi lomba, Serang, dilansir dari Antara, Sabtu, 30 Oktober.
Sementara Aris Gunawan, orang tua dari Anggrek Gunawan mengatakan, anaknya senang menggambar sejak TK. Berbagai perlombaan menggambar dari tingkat sekolah sampai tingkat provinsi pernah diikuti oleh anaknya.
"Memang sudah ada bakat seni menggambar sejak TK. Sering ikut lomba-lomba," kata Aris saat mendampingi anaknya pada pembukaan kegiatan tersebut di Mapolda Banten.
Dalam kesempatan tersebut, Wakapolda Banten Brigjen Ery Nursatari membuka Bhayangkara Mural Festival Piala Kapolri 2021 tingkat Polda Banten. Aplikasi mural dituangkan di dinding yang sudah disediakan. Depan kantin dan lapangan sepak bola untuk 15 tim yang sudah terpilih.
Baca juga:
- Buka Lomba Mural, Kapolri Sigit: Yang Berani Gambar Paling Pedas Bakal Jadi Sahabat Saya
- Buka-bukaan Soal Lomba Mural, Kapolri Sigit Sebut Banyak yang Takut Daftar, Khawatir Diciduk
- Gelar Festival Mural, Polri Siapkan Kuota 10 Peserta Bertema Kritik
- Gelar Festival Mural 2021, Polri Buktikan Tidak Anti-Kritik
"Bhayangkara Mural Festival diikuti seluruh polda, dari Polda Banten diikuti 29 peserta, setelah dilaksanakan seleksi, terpilih 15 peserta terbaik dan satu perwakilan terpilih sebagai peserta lomba tingkat nasional. Kita doakan semoga bisa berhasil dan membawa nama baik Provinsi Banten," kata Ery.
Wakapolda mengatakan, awal mula sejarah seni mural yang ada di Indonesia yaitu terjadi pada masa perang dunia kedua.
Hampir seluruh kebebasan untuk mengutarakan pendapat dikunci secara rapat oleh penjajah dan masyarakat hanya boleh mendapatkan berita yang berisikan propaganda dan selalu menggambarkan sisi baik dari penjajah.
"Kemudian pemuda Indonesia merasa kebebasan pendapatnya direbut secara paksa membuat sebuah pemberontakan dengan metode mural yang memberikan semangat dan mengusir penjajah. Sejak saat itu mural dianggap sebagai salah satu cara untuk mengkritik pemerintah yang disalurkan melalui seni lukis pada dinding," kata Ery.