Mengenal Apa Itu Sarrismo, Filosofi Sepak Bola Ala Si Pecandu Rokok

JAKARTA - Maurizio Sarri resmi ditunjuk sebagai pelatih Lazio dengan durasi kontrak dua tahun. Penunjukan Sarri diumumkan melalui tayangan video yang menggambarkan filosofi sepak bola Sarrismo-nya. Apa itu?

Sarrismo tidak lain adalah filosofi manajerial yang digunakan Sarri, yang membuat Napoli memimpikan Scudetto pertama mereka pada musim 2017-2018 sejak zaman Diego Maradona. Untuk memahami Sarrismo, kita perlu memahami orang di balik filosofi tersebut.

Awal Karier

Lahir di Naples, Italia, Sarri bermain sebagai bek tengah untuk berbagai tim non-liga dan tidak pernah bisa menjadi pesepak bola profesional. Sarri bekerja sebagai bankir di pagi hari dan berlatih di malam hari. Pada usia 40 ia banting setir ke dunia pelatih mengikuti rutinitas yang sama yang ia ikuti dalam karier bermainnya.

Karier Manajerial

Sarri pertama kali melatih pada tahun 1990. Klub pertamanya adalah U.S.D. Stia, sejak itu ia telah memimpin 18 klub dalam 28 tahun. Dari 18 klub yang dia kelola, 16 di antaranya berada di liga bawah piramida sepak bola Italia.

Dia sering kali berpindah klub setelah satu tahun atau lebih karena berbagai alasan. Butuh waktu 20 tahun baginya untuk mendaki piramida ketika pada tahun 2013 ia membimbing Empoli promosi dari Serie B ke Serie A setelah menunggu selama 6 tahun. 

Pada tahun berikutnya, ia berhasil mempertahankan Empoli di Serie A dengan mengamankan tempat ke-15.

Terkesan dengan kecerdasan taktisnya di Empoli, ia ditawari pekerjaan elite pertamanya: Napoli. Ya, Sarri akhirnya mencapai mimpinya dengan bergabung dengan klub kota kelahirannya. Di sinilah ia menarik perhatian dunia sepak bola sebagai ahli taktik.

Filosofi

Filosofi Sarrismo bekerja pada dua prinsip dasar; penguasaan bola dan gerak maju. Filosofi ini bertumpu pada serangan yang diawali dari zona pertahanan, dengan umpan-umpan pendek yang tajam.

Tim Napoli asuhannya berbaris pada formasi ortodoks 4-3-3, beralih ke 4-5-1 dalam pertahanan dan 2-1-4-3 dalam serangan. Sarri memercayai setiap anggota pasukannya sebagai pemain bola. Dengan bola, Napoli selalu mencoba menerapkan metode passing segitiga dengan master operan Jorginho sebagai jantung dari segalanya.

Tanpa bola, Napoli menekan tinggi dengan garis pertahanan yang juga tinggi  menyebabkan lawan mengoper ke belakang atau membuat kesalahan. Ini membantu mereka menyerang dengan kecepatan cambuk.

Sebagian besar serangan Napoli datang dari sisi kiri, diprakarsai oleh bek kiri Faouzi Ghoulam, yang kemudian bekerja sama dengan Marek Hamšík dan Lorenzo Insigne menghasilkan beberapa aksi sepak bola gemilang yang juga memungkinkan Jose Callejon memamerkan kecakapan membuka ruang yang dimilikinya. 

>

Setelah ditinggalkan pemain utama Gonzalo Higuain ke Juventus dan Arkadiusz Milik karena cedera, magnum opus Sarri tiba ketika ia mengubah pemain sayap kecil asal Belgia Dries Mertens menjadi penyerang tengah yang produktif. 

Mertens nyaris selalu mencetak satu gol dalam satu pertandingan. Hal ini tentu saja memperkuat serangan Partenopei dan menegaskan keampuhan efektivitas filosofi Sarri.

Napoli asuhan pecandu rokok ini finis di urutan kedua pada musim 2017-2018, hanya empat poin di belakang Juventus yang akhirnya menjadi juara. Mencetak hampir dua gol per pertandingan dan dianggap memainkan sepak bola paling menarik di seluruh Eropa.

>

Chelsea

Maurizio Sarri lantas menggantikan Antonio Conte sebagai manajer Chelsea, menandatangani kontrak tiga tahun di bawah Roman Abramovich. Dia membawa serta Jorginho yang meluncur ke jantung lini tengah sebagai pengganti jangka panjang Cesc Fabregas yang mulai menua.

Di Chelsea, pelatih yang mengaku mengisap 60 batang rokok sehari ini mengubah taktik yang diterapkan pendahulunya, Conte. The Blues disulap menjadi tim yang bermain berdasarkan penguasaan bola yang lebih ofensif dibandingkan sebelumnya. Belum lagi passing-nya yang aduhai. 

Chelsea berhasil beradaptasi dengan filosofi mantan bankir yang tidak mengelola satu klub papan atas sampai usia 55 tahun. Dia juga sukses mempertahankan pemain bintang seperti Eden Hazard dan Thibaut Courtois.

Sarri menjadi pelatih kepala pertama Chelsea  yang membawa tim tidak terkalahkan dalam 12 petandingan Liga Premier, sampai 24 November ketika mereka tunduk di tangan Tottenham dengan skor 1-3.

Meski gagal di liga domestik, pada 29 Mei, Sarri memenangkan trofi utama pertamanya sebagai manajer setelah Chelsea mengalahkan Arsenal 4-1 di Final Liga Europa 2019 di Baku. 

Sarrismo sesungguhnya memiliki arti gelombang serangan tanpa henti, sehingga para pemain lawan seperti tergulung ombak. Sarrismo juga menuntut para pemain di skuatnya untuk melakukan 11 operan dalam kurun waktu 7 detik untuk memecah konsentrasi lawan.

Terbukti, melalui filosofi ini, Chelsea berhasil memenangkan gelar dengan predikat tak terkalahkan sepanjang keseluruhan musim Liga Europa.