Di Kabupaten Bekasi Jumlah Homoseksual Bertambah Tahun Ini
JAKARTA - Kabupaten Bekasi darurat kelainan seks, khususnya pecinta sesama jenis, homoseksual. Setidaknya itu yang diperhatikan Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi.
Dilansir Antara, Rabu, 4 Desember, Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Irfan Maulana mengatakan, keluarga perlu mewaspadai kelainan seks ini. Terutama istri yang harus peduli kepada suaminya.
"Ini harus jadi aware buat para istri, ternyata banyak suami punya pasangan sesama jenis di wilayah kita," kata Irfan.
Irfan menerangkan, pria pecinta sesama jenis terlihat normal dalam kesehariannya. Namun, baru diketahui homoseksuai setelah pemeriksaan kesehatan.
"Mereka biasanya lelaki normal, bisa karena istrinya di kampung atau karena ingin cari sensasi baru," kata dia.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sepanjang 2019, homoseksual berbanding lurus dengan penderita HIV/AIDS. Sebab, data penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi tahun ini meningkat 105 pasien, perilaku hubungan sesama jenis menjadi penyebab tertingginya.
"Tahun ini bertambah 105 pasien HIV dan AIDS, pria ada 74 orang dan wanita sebanyak 31 pasien," ungkapnya.
Dari 74 pria penderita HIV/AIDS ini, sebanyak 46 di antaranya merupakan pecinta sesama jenis, enam waria, dan pria pelanggan pekerja seks. Sisanya terbagi, di antaranya pengguna narkoba, kelompok berisiko tinggi, karena transfusi darah, karena transplantasi organ tubuh, serta alat tato.
Sedangkan untuk wanitanya, sebanyak 14 orang di antaranya pekerja seks. Sisanya terbagi dengan kategori yang lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Sri Enny Mainiarti mengatakan 105 kasus baru tahun ini membuat akumulasi penderita HIV/AIDS di Kabupaten Bekasi bertambah menjadi 1670 pasien.
Untuk upaya penekanan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi melakukan pengembangan layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau konseling dan tes HIV sukarela, sosialisasi pada populasi kelompok dengan risiko tinggi dan pengembangan layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP). Kemudian sosialisasi warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan dan murid di sekolah, serta pemeriksaan viraload dan CD4 bagi para orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
"HIV dan AIDS berbeda, HIV itu virusnya sedangkan AIDS bisa dibilang stadium akhir dari infeksi virus HIV dimana kemampuan tubuh untuk melawan berbagai infeksi sudah hilang sepenuhnya. Kita berharap yang positif HIV tetap bisa maksimal menjalankan kehidupan. Dan yang paling penting rutin memeriksakan diri agar rantai penularan bisa dihentikan," kata Sri Enny.
Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mencatat jumlah pria dengan kelainan seksual pecinta sesama jenis atau homoseksual di wilayahnya mencapai 4.000 orang.
"Mayoritas penyebab disorientasi seksual itu karena perilaku hidup bebas. Akhir tahun 2018 lalu kami mencatat ada sekitar 4.000 orang berperilaku seks menyimpang homoseksual ini," kata Komisioner KPAD Kabupaten Bekasi, Mohamad Rojak.
Rozak mengaku data itu berdasarkan laporan yang diterima dari pihak kepolisian saat Polres Karawang berhasil mengungkap komunitas LGBT di daerah tersebut. Hasilnya, polisi menemukan 4.000 pria yang tergabung di dalam komunitas itu adalah warga Kabupaten Bekasi.
"Dari pihak kepolisian kami diberitahu. Setelah kami telusuri benar saja jumlah homoseksual itu sangat banyak di Kabupaten Bekasi," ungkap Rozak.
Perilaku seks menyimpang ini karena pengaruh gaya hidup yang bebas sehingga mereka terus mengajak dan mempengaruhi setiap orang yang dikenalnya. "Dari situ timbullah benih-benih penyakit HIV/AIDS," ucapnya.
Meski mendapat laporan, KPAD Kabupaten Bekasi tidak bisa bertindak karena belum ada undang-undang atau peraturan yang mengatur hal tersebut, padahal menurut dia tindakan mereka bisa dikategorikan pornografi.
Sejauh ini pihak RSUD Kabupaten Bekasi sudah memiliki klinik pelangi. Ruang medis untuk kalangan homoseksual ini bisa memberi motivasi dan penyembuhan.
"Karena LGBT ini kan penyakit, di klinik itu bisa diobati dengan cara terapi," ujarnya.