BYD Klarifikasi Terkait Praktik Perbudakan Konstruksi Pabrik di Brasil, Janji Beri Perlindungan Pekerja

JAKARTA - Build Your Dreams atau BYD menerima kabar kurang mengenakkan setelah menerima laporan otoritas Brasil terkait adanya praktik “perbudakan” di lokasi konstruksi pabriknya di Kota Bahia.

Menurut otoritas setempat, para pekerja tersebut dipekerjakan di China oleh sebuah perusahaan lain dan dibawa ke Brasil secara tidak layak. Mereka bekerja dengan jam kerja yang panjang bahkan melebihi waktu yang diizinkan oleh undang-undang setempat sampai tujuh hari dalam seminggu.

Kemudian, sebanyak 163 pekerja ini ditemukan dalam kondisi tidak manusiawi serta terdapat pelanggaran ketenagakerjaan lainnya.

Menurut salah satu pengawas ketenagakerjaan, Liane Durao mengatakan setidaknya 107 orang ditahan paspornya oleh atasan dari perusahaan tersebut dan kondisi keselamatannya tidak terpenuhi.

"Kami menemukan sebanyak 163 pekerja ini dilakukan dalam kondisi seperti perbudakan. Kondisi keselamatan minimum tidak terpenuhi di lingkungan kerjanya,” kata Durao.

Usai kasus ini mencuat, BYD Auto do Brasil memberikan klarifikasi bahwa mereka telah mengakhiri kontrak dengan perusahaan kontrak jasa konstruksi Jinjiang Construction Brazil Ltd karena melakukan penyimpangan yang serius.

Dengan demikian, pabrikan kembali menegaskan komitmennya bahwa karyawan yang disubkontrakkan tidak akan mengalami kerugian oleh keputusan tersebut dan memastikan bahwa semua haknya akan terus dilindungi.

“BYD Auto do Brasil menegaskan kembali komitmennya untuk mematuhi sepenuhnya undang-undang setempat, khususnya terkait perlindungan hak pekerja dan martabat manusia,” kata Senior Vice President BYD Brasil, Alexandre Baldy dalam siaran resmi perusahaan yang diterima VOI, Kamis, 26 Desember.

Pihak pabrikan akan menangani masalah ini secara serius dan akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memberi perlindungan terhadap hak pekerja dan martabat manusia.

Karena alasan ini, perusahaan telah bekerja sama dengan otoritas yang berwenang sejak awal dan telah memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan perusahaan konstruksi Jinjiang,” pungkas Baldy.