Kasus Flu Burung H5N1 di AS Tingkatkan Kekhawatiran Pandemi  

JAKARTA – Kasus serius flu burung H5N1 pada seorang pasien di Louisiana telah memicu kekhawatiran baru terkait potensi pandemi di Amerika Serikat (AS). Ini adalah kasus manusia pertama dengan gejala parah di AS pada 2024.  

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa pasien terpapar unggas yang sakit di peternakan halaman belakang. Hingga kini, belum ada informasi lebih lanjut mengenai kondisi terkini pasien.  

“Selama lebih dari 20 tahun, infeksi H5 dikaitkan dengan tingkat kematian hingga 50%,” ujar Demetre Daskalakis, pejabat senior CDC. CDC mengkonfirmasi kasus ini pada 13 Desember 2024, dengan hasil genetik menunjukkan virus H5N1 termasuk genotipe D1.1, yang sebelumnya ditemukan pada burung liar, unggas, dan kasus manusia di Washington dan British Columbia, Kanada.  

Sejak awal 2024, terdapat 61 kasus flu burung di AS, sebagian besar dengan gejala ringan. Namun, kasus parah di Louisiana dan kasus serupa di Kanada pada seorang remaja meningkatkan kewaspadaan.  

Para ilmuwan memperingatkan potensi adaptasi virus lintas spesies. Bahkan, susu mentah disebut sebagai vektor penularan yang memungkinkan. Sebagai langkah antisipasi, Departemen Pertanian AS mewajibkan pengujian susu mentah untuk mendeteksi keberadaan virus flu burung.  

Pilihan Presiden terpilih Donald Trump untuk menteri kesehatan, Robert F. Kennedy Jr., menimbulkan tanda tanya. Kennedy dikenal skeptis terhadap vaksin dan mendukung konsumsi susu mentah, yang dapat memengaruhi arah kebijakan kesehatan masyarakat dalam menghadapi ancaman flu burung.  

Meski belum ada bukti kuat penularan antarmanusia, para ahli epidemiologi, termasuk Meg Schaeffer dari SAS Institute, memperingatkan bahwa flu burung memiliki potensi memicu pandemi baru kapan saja.