BRI Diduga Kena Ransomware, Data dan Dana Nasabah Aman?
JAKARTA - Bank Rakyat Indonesia (BRI) diduga mengalami serangan ransomware. Kabar ini pertama kali dikabarkan oleh perusahaan keamanan siber Falcon Feeds pada Rabu, 19 Desember malam.
"Peringatan Ransomware. Bank Rakyat Indonesia, telah menjadi korban Bashe Ransomware,” tulis Falcon Feeds di X, sambil menyertakan tangkapan layar peretasan tersebut.
Sementara itu, akun X @IndoPopBase menjelaskan penyerang tersebut mengancam akan mengganggu layanan atau membocorkan data sensitif jika tuntutan tebusan tidak dipenuhi hingga tenggat waktu 23 Desember.
Namun demikian, melalui akun X resmi BRI, mereka memastikan bahwa hingga saat ini data maupun dana nasabah tetap aman. Seluruh sistem perbankan BRI juga berjalan normal dan seluruh layanan transaksi berjalan lancar.
“Nasabah tetap dapat menggunakan seluruh sistem layanan perbankan BRI, termasuk layanan perbankan digital seperti BRImo, QLola, ATM / CRM, dan layanan BRI lainnya seperti biasa dengan keamanan data yang terjaga,” tulis BRI.
Sebagai salah satu Bank terbesar di Indonesia, BRI mengklaim bahwa sistem keamanan teknologi informasi yang mereka miliki telah memenuhi standar internasional dan terus diperbarui secara berkala untuk menghadapi berbagai potensi ancaman.
Namun, mereka akan tetap melakukan langkah-langkah proaktif untuk memastikan bahwa informasi nasabah tetap aman dan terlindungi.
Baca juga:
Melansir penjelasan dari perusahaan keamanan siber Vectra AI, Bashe merupakan sebuah Advanced Persistent Threat (APT) yang sebelumnya dikenal sebagai APT73 atau Eraleig, muncul pada tahun 2024 dengan taktik yang menyerupai LockBit.
Dalam serangannya, Bashe biasanya menargetkan industri penting di berbagai negara maju dan memanfaatkan pemerasan data melalui Data Bocoran Situs (DLS) yang berbasis di Torsi.
Struktur DLS Bashe mencakup bagian "Hubungi Kami," "Cara Membeli Bitcoin," "Web Security Bug Bounty," dan "Mirrors", identik dengan yang terlihat dalam pengaturan LockBit.