Ekonom: Inflasi Rendah di November Buka Peluang BI Pangkas Suku Bunga Acuan
JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai tingkat inflasi yang rendah membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tercatat sebesar 1,55 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada November 2024, melandai dari capaian Oktober sebesar 1,71 persen yoy. Josua memprediksi tingkat inflasi bakal berada di rentang 1,7-2,0 persen pada akhir tahun, lebih rendah dari capaian 2023 yang sebesar 2,81 persen.
“Lintasan inflasi yang lebih rendah ini dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk mempertimbangkan penurunan BI-Rate, terutama jika diselaraskan dengan potensi penurunan suku bunga The Fed,” kata Josua dalam keterangannya di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa 3 Desember.
Dia meyakini tingkat inflasi sepanjang 2024 bakal tetap berada dalam kisaran target BI, yakni 1,5-3,5 persen. Dampak tekanan harga energi global akibat ketegangan geopolitik Timur Tengah dan kawasan Eropa diperkirakan bisa diimbangi dengan melemahnya permintaan global.
Sementara pada akhir tahun, dorongan inflasi diperkirakan bakal berasal dari meningkatnya permintaan musiman terkait liburan Natal dan Tahun Baru.
Adapun untuk tahun depan, Josua memperkirakan inflasi akan meningkat seiring dengan beberapa langkah kebijakan pemerintah, seperti rencana kenaikan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) serta tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen.
Di sisi lain, inflasi tahun depan akan terlihat meningkat seiring dengan basis inflasi tahun ini yang tak terlalu tinggi. Permintaan konsumen yang meningkat juga dapat menyebabkan inflasi yang lebih moderat.
“Meskipun diperkirakan meningkat, inflasi diproyeksikan akan tetap terkendali, mencapai sekitar 3,12 persen pada akhir tahun 2025, dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 1,5-3,5 persen,” ujar Josua.
BACA JUGA:
Meski inflasi tahunan melambat, inflasi bulanan tercatat meningkat, yakni sebesar 0,30 persen (month-to-month/mtm) dari sebelumnya 0,08 persen mtm pada Oktober, ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai kinerja inflasi bulanan menjadi sinyal membaiknya daya beli masyarakat.
Sementara inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,12 persen (year-to-date/ytd).
Adapun posisi BI-Rate terakhir kali tetap berada pada level 6 persen, seiring keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan November 2024.