Israel Serang ‘Gudang’ Roket Hizbullah Lebanon, Saling Tuduh Langgar Gencatan Senjata
JAKARTA - Militer Israel mengatakan angkatan udaranya menyerang fasilitas yang digunakan Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah di Lebanon selatan pada Kamis.
Serangan ini terjadi setelah kedua belah pihak saling menuduh melanggar gencatan senjata yang bertujuan untuk menghentikan pertempuran selama setahun.
Dilansir Reuters, Israel mengatakan pihaknya juga melepaskan tembakan pada hai Kamis, 28 November terhadap apa yang disebutnya “tersangka” dengan kendaraan yang tiba di beberapa daerah di zona selatan. Militer Israel menyebut hal itu merupakan pelanggaran gencatan senjata dengan kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran, yang mulai berlaku pada Rabu, 27 November.
Anggota parlemen Hizbullah Hassan Fadlallah sebaliknya menuduh Israel melanggar kesepakatan tersebut.
“Musuh Israel menyerang mereka yang kembali ke desa-desa perbatasan,” kata Fadlallah kepada wartawan.
Tentara Lebanon kemudian menuding Israel beberapa kali melanggar gencatan senjata pada Rabu dan Kamis.
Saling tuduh menyoroti rapuhnya gencatan senjata, yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis untuk mengakhiri konflik, yang terjadi bersamaan dengan perang Gaza.
Gencatan senjata berlangsung selama 60 hari dengan harapan tercapainya penghentian permusuhan secara permanen.
Serangan udara Israel pada Kamis adalah yang pertama sejak gencatan senjata mulai berlaku pada Rabu pagi.
Sumber keamanan Lebanon dan penyiar Al Jadeed mengatakan serangan itu terjadi di dekat Baysariyah, sebelah utara Sungai Litani.
Kesepakatan gencatan senjata menetapkan fasilitas militer tidak sah di selatan Sungai Litani harus dibongkar, namun tidak menyebutkan fasilitas militer di utara sungai.
Sebelumnya, tembakan tank Israel menghantam lima kota dan beberapa ladang pertanian di Lebanon selatan, kata media pemerintah dan sumber keamanan Lebanon.
Semua wilayah tersebut terletak dalam jarak 2 km (1,2 mil) dari Garis Biru yang membatasi perbatasan antara Lebanon dan Israel, di wilayah yang telah diumumkan oleh militer Israel sebagai zona terlarang di sepanjang perbatasan, bahkan setelah kesepakatan tersebut disetujui.
Militer Israel mengatakan pihaknya mengidentifikasi beberapa aktivitas mencurigakan yang menimbulkan ancaman dan melanggar ketentuan perjanjian gencatan senjata.
“Setiap penyimpangan terhadap perjanjian ini akan ditindak dengan api,” kata Kepala Staf Umum Herzi Halevi.