Presiden Marcos Jr. Bersumpah Lawan Ancaman Pembunuhan Terhadapnya
JAKARTA - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. pada Hari Senin bersumpah untuk melawan apa yang disebutnya sebagai ancaman yang sembrono dan meresahkan terhadapnya, setelah Wakil Presiden Sara Duterte mengatakan sang pemimpin akan dibunuh jika ia dibunuh.
Dalam pesan video bernada keras yang ditujukan kepada rakyat, Presiden Marcos tidak menyebut Wakil Presiden, tetapi mengatakan "rencana kriminal seperti itu tidak boleh diabaikan."
Dalam perubahan dramatis dalam pertikaian sengit antara Marcos dan keluarga Duterte, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte pada Hari Sabtu mengatakan dia telah memerintahkan seorang pembunuh untuk membunuh Presiden Marcos, istrinya, dan ketua majelis rendah, jika dia terbunuh.
Presiden Marcos menanggapi pertanyaan selama konferensi pers daring tentang apakah dia khawatir akan keselamatannya. Dia tidak menyebutkan ancaman khusus apa pun terhadapnya.
"Pernyataan yang kami dengar beberapa hari sebelumnya meresahkan," kata Presiden Marcos pada Hari Senin.
"Ada penggunaan kata-kata kasar dan ancaman yang sembrono untuk membunuh sebagian dari kita," lanjutnya.
"Saya akan melawan mereka," katanya, seraya menambahkan bahwa ia kini akan membiarkan upaya kriminal semacam itu terjadi.
"Jika merencanakan pembunuhan presiden semudah itu, apalagi bagi warga biasa?" tandasnya.
Sara Duterte mengatakan kepada wartawan bahwa ia belum mendengar pernyataan presiden, tetapi akan menanggapinya nanti.
Pernyataan mengejutkannya itu merupakan serangan terbaru dalam pertikaian sengit yang semakin memanas, sejak runtuhnya aliansi tangguh antara dua keluarga yang membawa Marcos Jr. memenangkan Pemilu 2022 dengan selisih suara signifikan.
Baca juga:
- Militer Israel Perintahkan Evakuasi Wilayah Pinggiran Kota Gaza
- Penasihat Trump dan Biden Jalin Komunikasi Selama Transisi Pemerintahan
- Jenderal Senior Rusia Dikabarkan Dipecat Lantaran Laporan Palsu Tentang Medan Perang
- 1000 Dokter dan Perawat Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza, Ratusan Lainnya Ditahan
Ancamannya untuk membunuh Presiden Marcos bermula dari perintah anggota parlemen untuk menjebloskan kepala stafnya ke penjara, atas dugaan menghalangi penyelidikan atas dugaan penyalahgunaan dana publik oleh wakil presiden.
Menurut seorang pejabat senior Departemen Kehakiman, wakil presiden tidak memiliki kekebalan dari tuntutan hukum.
Presiden Marcos mengatakan, sangat penting bagi kepentingan pemerintahan, pejabat terpilih tidak menghalangi pekerjaan legislator, seraya menambahkan "kita tidak akan mencapai drama ini jika pertanyaan yang sah oleh Kongres dijawab".