Tucson Masih Impor dari Korea Selatan, HMID Ungkap Alasannya
JAKARTA - PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) telah resmi merilis Tucson terbaru untuk pasar Indonesia sekaligus menjadi model Hybrid Electric Vehicle (HEV) kedua yang dipasarkan di tanah air setelah all-new Santa Fe.
Namun tidak seperti Santa Fe yang merupakan rakitan lokal (CKD) pabrik Hyundai Motors Manufacturing Indonesia (HMMI) di Cikarang, Tucson masih menyandang status sebagai kendaraan impor utuh (CBU) dari Korea Selatan.
Hal ini dikonfirmasi oleh President Director PT HMID, Ju Hun Lee mengungkapkan pihaknya masih perlu mengetes pasar dari model ini sebelum bisa menentukan apakah Tucson dapat dirakit secara lokal atau tidak.
“Untuk saat ini, Tucson yang kami perkenalkan merupakan CBU dari Korea Selatan. Kita akan lihat respons masyarakat Indonesia. Bila mulai stabil, maka akan kami pastikan perakitan CKD dari Tucson,” kata Ju Hun Lee kepada media di SCBD, Jakarta, Kamis, 21 November.
Baca juga:
Chief Operating Officer PT HMID, Fransiscus Soerjopranoto juga menambahkan bahwa segmen C yang ditempati oleh Tucson tidak sebesar pasar SUV lainnya di tanah air sehingga pihaknya memutuskan bahwa saat ini modelnya dijual dalam keadaan CBU.
“Kami mengambil keputusan untuk menjual C-SUV pada Tucson meskipun tidak begitu besar pasarnya. Tapi, kami juga pengen tahu respons pasar seperti apa,” tambah Frans.
Namun, Frans juga menambahkan bila penerimaan Tucson begitu banyak maka dipastikan bahwa SUV ini tidak hanya dirakit secara lokal, melainkan juga dapat diekspor ke beberapa pasar di Asia Tenggara.
“Bila respons market besar, maka kita bisa merakit Tucson secara lokal sehingga Indonesia nantinya bisa menjadi hub untuk ekspor ke wilayah Asia Tenggara,” terang Frans.
Saat ini, HMID menjual Hyundai Tucson generasi keempat dengan harga mulai dari Rp632 juta untuk varian ICE dan Rp743 juta untuk HEV. Bila pabrikan memutuskan untuk merakitnya secara lokal, ada kemungkinan banderolnya akan turun dan lebih bersahabat bagi konsumen tanah air.