Bincang Buku Babel: Melestarikan Karya Sastra melalui Penerjemahan di Bulan Bahasa dan Sastra Bersama PeMad
JAKARTA - Dalam rangka memeriahkan Bulan Bahasa dan Sastra yang terjadi di setiap bulan Oktober tiap tahunnya, PeMad sebagai perusahaan penerjemahan yang ingin hadir di tengah teman-teman literasi mengadakan kegiatan bincang buku Babel karya R.F Kuang pada 27 Oktober 2024 lalu di Akademi Bahagia EA yang juga merupakan partner kolaborator PeMad.
Bincang Buku Babel yang PeMad selenggarakan mengundang narasumber ahli di bidang sastra serta penerbitan yaitu Mutia Sukma, seorang penulis dan pengajar serta Puput Alvia yang merupakan editor Babel sendiri dari Shira Media.
Narasumber dihadirkan untuk menyoroti tema bincang buku yaitu “Melestarikan Karya Sastra Melalui Penerjemahan” yang relevan dengan bidang yang digeluti PeMad sendiri. Sebagai perusahaan penerjemahan, PeMad memilih buku Babel sendiri karena topik karya R.F Kuang ini sungguh menarik, kombinasi tema kolonialisme, kekuasaan bahasa, dan ketidakadilan sosial membuat novel fantasi ini layak dibahas.
Kegiatan bincang buku Babel dimulai sore hari dengan format acara luring di Akademi Bahagia EA secara santai dengan lesehan. Acara pertama dibuka oleh MC dan moderator dari PeMad sendiri yaitu Nisa Tuning sebagai project manager di Divisi Klien Lokal PeMad dan Agung Wibawa yang bekerja sebagai penerjemah profesional di PeMad.
Kegiatan bincang buku dihadiri lebih dari 20 peserta yang profesinya relevan dengan PeMad seperti penerjemah, editor, dan mahasiswa sastra. Sebelum memasuki acara inti yaitu pemaparan materi dari narasumber dan diskusi, para peserta disuguhi pembacaan puisi oleh Nisa Tuning yang membacakan puisi dengan judul “Tidak Ada New York Hari Ini” karya Aan Mansyur dan puisi dari WS Rendra yang berjudul “Balada Orang-Orang Tercinta”.
Setelah pembacaan puisi, acara langsung diambil alih oleh moderator dari PeMad yaitu Agung Wibawa. Pemaparan materi pertama dibuka oleh Mutia Sukma yang menyampaikan isu-isu apa saja yang diangkat R.F Kuang melalui Babel. Menurut Mutia Sukma setidaknya terdapat empat hal menarik ketika membaca novel Babel, terutama dalam konteks kolonialisme dan perlawanan terhadapnya.
Pertama, penerjemahan sebagai isu utama, lalu kedua terkait isu kolonialisme, ketiga dampak dari kolonialisme, dan terakhir cerita perlawanan tokoh utama dalam melawan kolonialisme. Kolonialisme yang dibahas Babel berkaitan dengan kemampuan penerjemahan, Babel sendiri yang merupakan institusi yang dimiliki Inggris dan fokus mereka mengumpulkan sebanyak-banyaknya padanan kata dalam bahasa negara lain untuk dicatat dalam bank bahasa mereka.
Setelah pemaparan materi pertama selesai oleh Mutia Sukma, lalu Puput Alvia sebagai editor Babel menyampaikan materinya yang berfokus pada proses penerbitan Babel serta bagaimana proses kerja sama Puput dengan penerjemah Babel sendiri sampai bukunya resmi diterbitkan di tahun 2024. Puput Alvia berbagi bagaimana dinamika dan tantangan dalam mengatur waktu untuk berkomunikasi dengan baik dengan penerjemah Babel yaitu Siska Nurohmah yang sedang berada di Belanda.
Materi disampaikan begitu seru dan insightful dari kedua narasumber dan dilanjutkan diskusi terbuka dengan para peserta. Diskusi berjalan begitu aktif penuh dengan berbagai macam perspektif dari peserta sehingga bincang buku menjadi lebih hidup dan berkualitas.
Tiga penanya terbaik mendapatkan hadiah buku dari partner kolaborasi PeMad yaitu Jual Buku Sastra (JBS) toko buku yang dimiliki juga oleh narasumber kami Mutia Sukma. Kurang lebih selama dua jam bincang buku berlangsung begitu seru dan sampai di penghujung acara yaitu penutupan dan foto bersama.
Kegiatan bincang buku ini sebagai salah satu strategi PeMad untuk meningkatkan minat literasi masyarakat dan juga sebagai ruang untuk para pelaku industri bahasa dan penerjemahan untuk bertemu dan berkumpul sehingga terjalin hubungan yang erat dalam memajukan industri ini. PeMad terus berkomitmen untuk menjadi mitra strategis dalam membangun komunikasi global yang lebih baik serta berkontribusi pada peningkatan kualitas literasi di Indonesia.