10 Peretasan Kripto Sepanjang 2024: Bukti Rentannya Sistem Keamanan Digital

JAKARTA - Market kripto terbilang cukup menghkawatirkan pada awal tahun 2024 dengan terjadinya serangkaian peretasan yang menimpa berbagai platform kripto utama. Peretasan Orbit Chain pada 2 Januari menjadi pembuka dari tahun yang penuh gejolak ini. Kemudian disusul oleh insiden Radiant Capital sehari kemudian. 

Insiden peretasan perusahaan kripto mengingatkan akan pentingnya sistem keamanan, kalau sistem masih rentan maka dunia kripto akan menjadi sasaran empuk para peretas. Dengan total kerugian mencapai ratusan miliar rupiah sepanjang tahun, industri ini kembali dihadapkan pada tantangan besar dalam memperkuat sistem keamanannya.  

Berikut daftar peretasan besar yang terjadi sepanjang 2024:  

  1. MetaWin (3 November 2024)  

MetaWin menderita kerugian 4 juta dolar AS (Rp63,2 miliar) lantaran diretas hacker. Platform kasino daring ini diretas melalui celah pada sistem penarikan otomatisnya. Penarikan sempat dihentikan, namun CEO MetaWin melaporkan 95% dana pelanggan telah dipulihkan.  

  1. M2 Exchange (31 Oktober 2024)  

Perusahaan perdagangan kripto ini mengalami kerugian sebesar 13,7 juta dolar AS (Rp216,46 miliar). Dana ratusan miliar itu raib akibat peretasan dompet kripto (hot wallet) perusahaan. Meski demikian, perusahaan mengganti semua kerugian pengguna yang kehilangan asetnya.  

  1. Dompet Kripto Terkait Pemerintah AS (25 Oktober 2024)  

Hacker mencuri Ethereum dan stablecoin dari dompet pemerintah AS yang sebelumnya berisi aset yang disita dari peretasan Bitfinex 2016. Dana sebesar 20 juta Dolar AS (Rp316 miliar) harus hilang digondol peretas.  

  1. Radiant Capital (16 Oktober & 3 Januari 2024)

Platform pinjaman lintas rantai ini mengalami dua insiden peretasan besar melalui serangan flash loan di jaringan Arbitrum (58 juta dolar AS) dan eksploitasi awal tahun (4,5 juta dolar AS). Total kerugian Radiant Capital sebesar 62,5 juta dolar AS (Rp987,5 miliar).    

  1. BingX (20 September 2024) 

Bursa kripto ini menjadi korban peretasan dan harus kehilangan berbagai aset kripto seperti Ethereum (ETH) dan Binance Coin (BNB). Dari aksi hacker tersebut, aset ETH dan BNB senilai 43 juta dolar AS (Rp679,4 miliar) lenyap.  

  1. Indodax (11 September 2024)

Bursa kripto terkemuka di Indonesia terkena serangan pada 11 September lalu. Menurut laporan keamanan blockchain, peretas menyerang hot wallet Indodax. Akibatnya, bursa kripto tersebut harus kehilangan berbagai aset kripto senilai 22 juta dolar AS (Rp347,6 miliar).  

  1. WazirX (18 Juli 2024)

Bursa terbesar di India ini menghadapi kerugian besar setelah peretas mengakses dompet multi-signature atau multisig wallet mereka. Dana dalam bentuk aset kripto bernilai 234,9 juta dolar AS (Rp3,7 triliun) raib dari WazirX.    

  1. LIFI (16 Juli 2024)

Platform keuangan terdesentralisasi atau DeFi akibat hacker berhasil memanfaatkan celah keamanan dompet kripto pada 16 Juli. Peretas berhasil menarik dana pengguna dengan persetujuan tanpa batas. Akibatnya aset kripto senilai 10 juta dolar AS (Rp158 miliar) digondol hacker. 

  1. PlayDapp (9 & 12 Februari 2024)

Platform game berbasis blockchain ini menjadi korban peretasan ganda, dengan salah satu kerugian terbesar sepanjang tahun ini. Bagaimana tidak, PlayDapp terpaksa menderita kerugian sebesar 290 juta dolar AS alias Rp4,58 triliun gara-gara aksi peretas. 

  1. Orbit Chain (2 Januari 2024)

Insiden besar terjadi di awal tahun 2024. Peretas berhasil memasuki celah kelemahan di jaringan Orbit Chain yang berhasil maling kripto senilai  80 juta dolar AS (Rp1,26 triliun) pada 2 Januari 2024.  

Serangkaian peretasan ini menunjukkan betapa rentannya industri kripto jika tidak dibarengi dengna peningkatan sistem keamanan dan pengawasan dalam industri ini. Oleh karena itu, langkah proaktif dari pihak platform, pengembang, dan regulator menjadi krusial untuk melindungi pengguna dari ancaman peretasan yang kian marak.