The Lantis Hadirkan Kisah Reflektif lewat Single Berjudul Bunga Maaf

JAKARTA - The Lantis memperkenalkan single terbaru berjudul “Bunga Maaf”. Lagu ini menjadi rilisan kedua trio asal Jakarta yang pada Maret lalu meluncurkan album penuh kedua dengan tajuk “Pancarona”.

Lewat single barunya, grup beranggotakan Giri (bass, vokal), Ravi (gitar, vokal), Ojan (gitar) ingin menggambarkan kisah penyesalan mendalam dan harapan kosong akibat hubungan yang hancur oleh ego di masa lalu.

“Lagu ini menceritakan tentang seseorang yang berharap akan adanya kesempatan kedua, padahal kesempatan itu telah hilang sejak lama,” ujar The Lantis dalam keterangannya, Jumat, 15 November.

Judul “Bunga Maaf” dipilih sebagai representasi perwujudan rasa penyesalan dan permintaan maaf akan kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Sebuah hal yang indah dan penuh kasih, namun rentan layu jika termakan oleh waktu.

Di balik penyesalan kisah romansa, The Lantis juga menghadirkan cerita lebih dalam, dimana rasa sakit yang direpresentasikan tidak hanya menggambarkan kisah romansa, tapi dalam hubungan apapun yang berdasarkan dari rasa yang tulus dan kasih yang mendalam.

“Bunga Maaf” jadi karya pertama The Lantis yang melibatkan musisi lain dalam proses produksi. Rendy Pandugo ikut berperan sebagai co-writer dan produser untuk lagu ini.

Giri berkisah, kolaborasi ini dimulai dari pengembangan materi baru bersama Rendy, yang kemudian memberikan sentuhan berbeda pada produksi lagu, sehingga membawa nuansa lebih dewasa dan matang dalam aransemen.

Bagi The Lantis, hasil produksi ini menandai evolusi musik mereka, dengan kesederhanaan yang mendalam namun tetap membawa karakter vintage.

Giri cs juga menghadirkan visualizer untuk lagu barunya, dengan menggambarkan protagonis yang berusaha meminta maaf dengan memberikan bunga kepada sosok yang pernah dianggap ‘rumah’.

“Visualizer tersebut mencerminkan perasaan protagonis yang penuh penyesalan karena ego yang membuatnya kehilangan seseorang yang sangat berharga. Elemen-elemen visual, termasuk gaya suntingan bergaya vintage, memperkuat suasana penyesalan yang ingin disampaikan kepada para penonton,” pungkas Ojan.