Trump Menangi Pilpres AS, Kremlin Nantikan Dampak Terhadap Perang di Ukraina
JAKARTA - Kremlin menantikan apakah akhir perang di Ukraina yang dikatakan oleh Donald Trump akan terbukti atau tidak, seiring dengan klaim kemenangan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2024 oleh kandidat dari Partai Republik itu.
Trump yang berpasangan dengan JD Vance mengamankan lebih dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan, menurut proyeksi Edison Research.
Kemenangan mantan presiden di Negara Bagian Wisconsin mendorongnya melewati ambang batas. Hingga pukul 5:45 pagi ET, Trump telah memenangkan 279 suara elektoral dibandingkan dengan 223 suara pesaingnya dari Partai Demokrat Kamala Harris yang berpasangan dengan Tim Walz, sementara hasil di beberapa negara bagian belum dihitung, dikutip dari Reuters 6 November.
Ia juga mengungguli Harris dengan sekitar 5 juta suara dalam penghitungan suara umum.
Kremlin bereaksi dengan hati-hati atas hasil ini, dengan mengatakan AS masih merupakan negara yang bermusuhan dan waktu akan membuktikan apakah retorika Trump tentang mengakhiri perang Ukraina akan menjadi kenyataan.
Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 memicu konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat sejak krisis rudal Kuba tahun 1962, ketika Uni Soviet dan AS hampir mengalami perang nuklir.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Trump telah membuat beberapa pernyataan penting tentang keinginannya untuk mengakhiri perang Ukraina selama kampanyenya, tetapi hanya waktu yang akan membuktikan apakah pernyataan itu akan mengarah pada tindakan.
"Jangan lupa bahwa kita sedang berbicara tentang negara yang tidak bersahabat, yang secara langsung dan tidak langsung terlibat dalam perang melawan negara kita" (di Ukraina)," kata Peskov kepada wartawan.
Peskov mengatakan, ia tidak mengetahui adanya rencana Presiden Vladimir Putin untuk memberi selamat kepada Trump atas kemenangannya, dengan hubungan Moskow-Washington tengah berada pada titik terendah dalam sejarah.
"Kami telah berulang kali mengatakan AS mampu berkontribusi untuk mengakhiri konflik ini. Ini tidak dapat dilakukan dalam semalam, tetapi AS mampu mengubah arah kebijakan luar negerinya. Akankah ini terjadi, dan jika demikian, bagaimana, kita akan lihat setelah (pelantikan presiden AS) Januari," jelas Peskov..
Pejabat Rusia dari Putin ke bawah mengatakan menjelang pemilihan, tidak ada bedanya bagi Moskow siapa yang memenangkan Gedung Putih, bahkan ketika liputan media pemerintah yang dipandu Kremlin menunjukkan preferensi untuk Trump.
Sementara itu, Kirill Dmitriev, kepala dana kekayaan kedaulatan Rusia yang berpengaruh, mengatakan kemenangan Trump bisa menjadi kesempatan untuk memperbaiki hubungan.
Baca juga:
- Trump Diprediksi Menangi Pilpres AS, Sekjen NATO Rutte: Kepemimpinannya Kunci Menjaga Aliansi Tetap Kuat
- Donald Trump Klaim Menangi Pemilihan Presiden AS 2024
- Presiden Ukraina Zelensky Sebut Bentrokan dengan Pasukan Korut Membuka Lembaran Baru Ketidakstabilan Dunia
- Jadi Menhan Israel: Katz Prioritaskan Pemulangan Sandera, Hancurkan Hamas dan Kalahkan Hizbullah
"Ini membuka peluang baru untuk mengatur ulang hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat," tambah Dmitriev, mantan bankir Goldman Sachs yang sebelumnya memiliki kontak dengan tim Trump.
Trump (78) sebelumnya telah berjanji untuk segera mengakhiri perang di Ukraina jika terpilih, meskipun ia belum menjelaskan secara pasti bagaimana ia akan melakukannya.
Sementara, Presiden Putin mengatakan ia siap untuk berbicara tentang kemungkinan berakhirnya perang, tetapi perolehan dan klaim teritorial Rusia harus diterima, sesuatu yang ditolak oleh pimpinan Ukraina sebagai kapitulasi yang tidak dapat diterima.