Siapa Anies Baswedan?

JAKARTA - Sore pertengahan di bulan Oktober 2017, tepatnya tanggal enam belas. Kirab baris-berbaris melangkah rapih mengiringi Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Negara, Jakarta. Cucu dari pahlawan nasional, Abdurrahman Baswedan, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Uno resmi dilantik menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI yang disahkan lewat surat Keputusan Presiden tanggal 14 Juli 2017. 

"Lembar baru bagi Jakarta malam hari ini telah dibuka. Saudara-saudara semua, hari ini lembar baru kembali dibuka untuk perjalanan panjang kota Jakarta. Ketika niat lurus telah dituntaskan, ketika ikhtiar gotong royong dalam makna sesungguhnya, dan didukung doa tanpa henti dipanjatkan, maka pertolongan dan ketetapan Allah SWT telah datang….” lantang Anies Baswedan lewat pidato resmi pertamanya.

Anies menatap lima tahun ke depan sebagai Gubernur terpilih Jakarta, sang DKI-1.

Drama Sengit Dua Putaran

Drama sengit itu terjadi saat masa pemilihan Gubernur DKI. Pemilihan terpaksa dilakukan dua putaran, tak tercapainya angka absolut 50 plus 1, menyisakan dua kandidat terakhir sebagai partai puncak. Agus Yudhoyono yang berpasangan dengan Sylviana Murni sudah gugur di putaran pertama. Anies dan Sandiaga Uno head to head melawan sang petahana, Basuki Tjahaja Purnama yang didampingi Saiful Djarot Hidayat. 

Rentetan isu demi isu digulirkan dari kedua kubu. Isu-isu sentimentil seputar agama dan ras, seperti membuka kembali luka lama negeri ini kala kerusuhan Mei 1998. Pilkada DKI tahun 2017 bisa dianggap sebagai pemilihan Kepala Daerah terpanas nan emosional di antara daerah-daerah lainnya.

Setelah dua putaran fase pemilihan, Anies-Sandi bernomor urut tiga berhasil meraih hati publik Ibu Kota dengan hasil akhir perolehan suara sebanyak 3.240.987 (57,96%) melawan 2.350.366 milik Ahok-Djarot (42,04%). Pidatonya dilantik, mengisyaratkan dirinya butuh kembali merekatakan persatuan di antara banyaknya perbedaan di Jakarta. 

Sebagai catatan rekor mungkin, perolehan Anies-Sandi pada pilkada 2017 sebanyak 3.240.000 suara warga DKI juga telah melampaui rekor perolehan suara Jokowi-Ahok pada pilkada Jakarta 2012 lalu.

Keluarga Terpelajar dan Cucu Pahlawan Nasional

Terlahir dari rahim seorang Ibu yang berprofesi sebagai guru besar Universitas Yogyakarta, dan sang Bapak yang pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Islam Indonesia, Anies Rasyid Baswedan lahir di Kuningan, Jawa Barat. Anies cukup beruntung lahir di tengah keluarga besar yang mengutamakan nilai-nilai sebuah pendidikan, sejak taman kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas, Anies memilih kota Gudeg Yogyakarta menemaninya.

Apresiasi terhadap sang Kakek atas pergerakannya di Republik Indonesia direfleksikan oleh Presiden Jokowi lewat sebuah mandat resmi untuk menjadikan Abdurrahman Baswedan sebagai pahlawan nasional.

Apa yang telah diperbuat sang kakek Anies semasa hidupnya dulu tak bisa dibilang enteng, mulai dari inisiator persatuan pergerakan ras Arab di Nusantara, ambil bagian dalam BPUPKI, sampai kisah pengorbanannya menyelundupkan dokumen bersejarah dari Mesir menuju tanah air demi sebuah surat pengakuan kemerdekaan oleh pemerintah Mesir terkait kemerdekaan Republik Indonesia.

Rektor Muda yang Menginisiasi Indonesia Mengajar

Seperti Sandiaga Uno Wakilnya, Anies Baswedan beruntung menikmati atmosfir dunia pendidikan di negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Ditunjang Beasiswa program Strata-2 dan Strata-3, medio 1997 hingga 2005 dihabiskannya di Amerika Serikat, Anies mengenyam pendidikan lewat University of Maryland dan Northern Illinois University.

Anies saat itu pernah menjadi rektor termuda se-Indonesia di usianya 38 tahun bersama Universitas Paramadina Jakarta. Keinginan besar dan impiannya kelak tak muluk: hanya ingin menghiasi keseharian hidupnya lewat pendidikan, inilah yang melandasi lahirnya program Gerakan Indonesia Mengajar nantinya oleh Anies Baswedan dan beberapa sahabatnya.

Pengalamannya bertambah seputar ilmu manajerial publik sewaktu menjabat sebagai Direktur Riset The Indonesian Institute. Organisasi yang memang fokus pada riset dan analisa kebijakan publik skala global.

Anies yang dikenal dengan label seorang Akademisi, akhirnya berpaling ke dunia politik sebagai politisi ke depannya. Antusiasme dirinya sudah terlihat dari mulai SMA dulu. Anies pernah terpilih sebagai Ketua OSIS se-Indonesia saat mengikuti kepelatihan kepemimpinan bersama 300 ketua OSIS lainnya.

Alasan Anies Baswedan untuk sebuah pergerakan revolusioner pendidikan yang dibutuhkan bangsa ini, Anies menjadikan konvensi Partai Demokrat sebagai panggung pertamanya agar dikenal rakyat Indonesia. Lewat kampanye program Gerakan Turun Tangan, ditunjang endorsement penuh tokoh milenial Pandji Pragiwaksono, Anies menjual konsep ini sebagai branding kampanye, sayang tak berahir manis, ia gagal melangkah terpilih. 

Status Joko Widodo yang memutuskan mundur dari kursi DKI-1 demi kontestasi pemilihan presiden 2014, merasa membutuhkan bantuan dari seorang Anies Baswedan. Kapabilitas disertai kepandaiannya berbicara mengolah kata di depan publik, membuat Anies ditunjuk sebagai juru bicara pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla untuk menghadapi calon presiden seberang Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa.

Kemenangan Jokowi dan Jusuf Kalla berimbas dipercayanya Anies untuk masuk ke dalam tim transisi presiden terpilih, yang di kemudian hari Anies mulai percaya mimpinya demi dunia pendidikan akan terwujud saat dirinya didapuk sebagai Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Kabinet Indonesia Kerja 2014-2019. Di tengah jalan, di luar perkiraannya Anies terkena badai reshuffle Kabinet, namanya tak lagi sebagai Menteri per tanggal 27 Juli 2016, Muhadjir Effendy yang juga rektor kelima Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggantikan perannya.

Profil Anies Baswedan

Nama lengkap: Anies Rasyied Baswedan Ph.D

Tempat, tanggal lahir: Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1960

Profesi: Akademisi - Politisi

Agama: Islam

Pasangan: Fery Farhati Ganis, S.Psi, M.Sc

Pendidikan:

  • S3. IKIP Labrotori II, Yogyakarta ( 1982 )
  • S2. University of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat (1998)
  • S1. Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta (1995)
  • SMA Negeri 2, Yogyakarta (1989)
  • South Milwaukee, Senior High School (AFS Year Program), Wisconsin, Amerika (1988)
  • SMP Negeri 5, Yogyakarta ( 1985 )

Perjalanan Karir 

  • Gubernur DKI Jakarta (2017-2022)
  • Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Kabinet Kerja (2014-2016)
  • Presenter Young Global Leaders Summit, Tanzania, Afrika (2010)
  • Presenter Program Save Our Nation, Metro TV (2010)
  • Pendiri dan Ketua Gerakan Indonesia Mengajar (2009)
  • Rektor Universitas Paramadina (2007-2011)
  • National Advisor Bidang Desentralisasi dan Otonomi Daerah pada Partnership for Governance Reform, Jakarta (2006-2007)
  • Peneliti Utama di The Indonesian Survei Institute (LSI), Jakarta (2005-2007)
  • Direktur Riset The Indonesian Institute, Center for Public Policy Analysis, Jakarta (2005-2009)
  • Research Manager di IPC, Inc., Chicago, Illinois, Amerika (2004-2005)
  • Peneliti pada Center for Governmental Studies, Northern Illinois University (2000-2000)
  • Peneliti The Office of Research, Evaluation, and Policy Studies, Northern Illinois University (2000-2004)
  • Studi Ekonomi UGM (1994 - 1996)
  • Peneliti dan Koordinator Proyek di Pusat antar Universitas (PAU)
  • Program Koordinator di Center for Student and Community Development (1993-1994)
  • Redaktur dan Pembawa Acara "Tanah Merdeka" (Program TVRI Yogyakarta) (1989-1991)

Penghargaan

  • William P Cole III Fellow di Maryaland School of Public Policy, ICF Scholarship (2005)
  • Gerald Maryanov Fellow, Northem Illions University (2004)
  • Indonesian Cultural Foundation Scholarship (1999)
  • William P Cole III Fellowship, Universitas Maryland (1998)
  • ASEAN Student Awards Program (USAID-USIA-NAFSA) (1998)
  • Fulbright Scholarship (1997)
  • JAL Scholarsip (1993)
  • AFS Intercultural Program, Milwaukee High School, Wisconsin, AS (1987)