RI Berupaya jadi Produsen Bawang Merah di Pasar Global

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa Indonesia terus berupaya menjadi produsen pangan di pasar global salah satunya komoditas bawang merah.

Arief menyebutkan bawang merah sebagai salah satu komoditas yang diekspor dari Indonesia ke Malaysia dan negara lain, menunjukkan potensi besar ekspor pangan nasional untuk memasok kebutuhan global.

"Ini menjadi harapan kita bahwa Indonesia bisa menjadi produsen pangan dunia,” ujar Arief mengutip Antara.

Ia menjelaskan ekspor pangan dilakukan ketika kebutuhan pangan di dalam negeri telah mampu dipasok dari produksi domestik.

Arief mengungkapkan bahwa pemerintah mendorong potensi dan sumber daya produk pangan Indonesia dapat meningkat dan mengisi kebutuhan pasar yang tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga dapat merambah ke pasar internasional.

“Hari ini kita terus mendorong komoditas pangan yang memang produksinya surplus di dalam negeri agar dapat berekspansi dan memenuhi kebutuhan pasar internasional," kata Arief dalam keterangan diterima di Jakarta.

Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa semangat untuk membangun Indonesia sebagai produsen pangan dunia selaras dengan komitmen presiden terpilih Prabowo Subianto untuk kembali mewujudkan swasembada pangan.

"Paling lambat empat tahun setelah (Prabowo Subianto) dilantik (sebagai Presiden RI) pada 20 Oktober mendatang," ucap Arief.

Dia menyebutkan berdasarkan data Kementerian Pertanian periode 2019-2023, Indonesia sebagai negara eksportir bawang menempati urutan ke-33 dalam lingkup global. Rata-rata nilai ekspor 2019-2023 sebesar 9,46 juta dolar AS per tahun.

"Ini mengalami kenaikan yang impresif sebesar 44,87 persen jika dibandingkan pada kurun waktu 2017-2021 yang kala itu Indonesia masih berada di urutan ke-35 dengan rata-rata 6,53 juta dolar AS per tahun," terangnya.

Lebih lanjut, menurut proyeksi neraca pangan nasional yang disusun Bapanas, Indonesia merupakan negara produsen bawang merah dengan produksi tahunan mampu mencapai 1,35 juta ton.

"Sementara kebutuhan konsumsi dalam setahun sebanyak 1,16 juta ton. Ini artinya masih terdapat surplus sekitar 186 ribu ton," papar Arief.

Pada tahun 2023 Indonesia memiliki 3,5 juta rumah tangga usaha pertanian yang mengandalkan hortikultura sebagai usaha utama. Komoditas sayuran masih menjadi unggulan hortikultura antara lain bawang merah, cabai besar, cabai rawit, kubis, kentang dan tomat.

"Ini mengacu selama 2023, bawang merah menjadi penyumbang produksi terbesar kategori sayuran dengan andil hingga 13,59 persen," katanya.

Dengan itu, bawang merah telah menjadi komoditas hortikultura yang mempunyai potensi ekspor, termasuk ke wilayah Asia Tenggara.

Thailand menjadi negara Asia Tenggara terbanyak yang menerima ekspor bawang merah dari Indonesia sebanyak 6 ribu ton dengan nilai transaksi mencapai 8 juta dolar AS pada tahun 2023.

Sementara ekspor bawang merah Indonesia ke Malaysia terus mengalami eskalasi yang progresif. Pada 2021, jumlahnya masih berada di angka 59,6 ton. Kemudian terus ditingkatkan hingga mengalami peningkatan mencapai 10 kali lipat atau 612,8 ton per 2023.

Sementara itu, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), terkait Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH), sejak Februari 2022, Pemerintah Indonesia konsisten menjaga NTPH selalu berada lebih dari 100 poin.

Pada September 2024, NTPH berada di 108,46 dan masih lebih tinggi dibandingkan September 2023 yang 106,20.

Sementara jika dilihat pada indeks harga yang diterima oleh petani sayur-sayuran, termasuk bawang merah, di September berada pada 135,02. Hal itu dinilai masih cukup baik dibandingkan September tahun sebelumnya yang berada di 127,94.