Topan Krathon Menerjang, Taiwan Kerahkan Hampir 40 Ribu Tentara

JAKARTA - Taiwan mengerahkan hampir 40.000 tentara untuk meningkatkan upaya penyelamatan ketika Topan Krathon yang kuat mendekati pantai barat daya yang padat penduduknya, diperkirakan akan membawa gelombang badai. 

Penjaga pantai ‘berlomba’ untuk menemukan 19 pelaut yang meninggalkan kapal.

Taiwan sering dilanda topan namun umumnya terjadi di sepanjang pantai timur yang bergunung-gunung dan berpenduduk jarang, menghadap ke Pasifik, namun topan ini akan melanda dataran datar di bagian barat pulau tersebut.

Krathon diperkirakan akan menghantam kota pelabuhan utama Kaohsiung pada Rabu, 2 Oktober sore, kemudian melintasi pusat Taiwan menuju timur laut dan menyeberang ke Laut Cina Timur, kata Badan Cuaca Pusat (CWA).

Kaohsiung, yang dihuni sekitar 2,7 juta orang, menyatakan hari libur dan meminta masyarakat untuk tinggal di rumah ketika Krathon – yang diberi label topan super oleh Pusat Peringatan Topan Gabungan Angkatan Laut AS – mendekat.

Li Meng-hsiang, peramal cuaca di Badan Cuaca Pusat Taiwan, mengatakan badai telah mencapai intensitas maksimum dan mungkin sedikit melemah saat bergerak lebih dekat ke Taiwan, memperingatkan akan adanya embusan angin lebih dari 150 kilometer per jam (93 mph) ke arah barat daya.

“Gelombang badai mungkin membawa air pasang ke daratan,” kata Li dilansir Reuters, Selasa, 1 Oktober.

“Jika hujan deras akan menyulitkan pembuangan air dan akibatnya wilayah pesisir akan rawan banjir,” imbuhnya.

Wali Kota Kaohsiung Chen Chi-mai mengatakan kekuatan dan jalur badai tersebut setara dengan Topan Thelma tahun 1977 yang menewaskan 37 orang dan menghancurkan kota tersebut.

“Setelah topan, seluruh Kaohsiung tanpa air dan listrik, seperti perang,” kata Chen, mengenang kehancuran yang terjadi beberapa dekade lalu.

"Sebisa mungkin, batasi keluar rumah,” imbaunya.

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pihaknya telah menempatkan lebih dari 38.000 tentara dalam keadaan siaga, sementara penduduk Kaohsiung melakukan persiapan sendiri.

“IBadai akan menyerang kita secara langsung. Kita harus bersiap sepenuhnya,” kata nelayan Chen Ming-huang, sambil mengencangkan tali perahunya di pelabuhan Kaohsiung.

"Dalam skenario terburuk, talinya mungkin putus dan perahu saya bisa hanyut,” tutur dia.