Adara Desak Persoalan Palestina Masuk Agenda 100 Hari Kerja Pemerintahan Prabowo-Gibran

JAKARTA – Adara Relief International menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Langkah Strategis dan Taktis Indonesia untuk Gaza” untuk membahas genosida Israel di Gaza yang terus terjadi hingga saat ini. FGD ini dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan rekomendasi dari para stakeholder, mengenai langkah-langkah konkrit yang harus dilakukan untuk menghentikan genosida Israel di Gaza. Diskusi yang berjalan dengan penuh antusias ini dilaksanakan di Ruang GBHN, Nusantara V Gedung MPR/DPR RI (Jumat, 27/09).

Maryam Rachmayani, Direktur Utama Adara Relief International yang juga menjadi pembicara utama di diskusi ini memaparkan bahwa Adara Relief International sebagai lembaga kemanusiaan untuk Palestina merasa tergerak dan terpanggil untuk mengadakan FGD hari ini.

"Karena hampir genap satu tahun Israel melakukan genosida di Gaza, dengan 70 persen korbannya adalah anak-anak dan perempuan," ujarnya mengutip keterangan tertulis, Jakarta, Sabtu, 28 September.

Guna menggali perspektif dan merumuskan langkah-langkah strategis dan taktis dalam mendukung keadilan dan perdamaian di Palestina, Adara mengundang tokoh lintas bidang dalam pertemuan ini. Jajaran pembicara terdiri dari pemerintah, akademisi, organisasi kemasyarakatan, serta lembaga kemanusiaan untuk Palestina. 

Pembicara utama pada kegiatan ini terdiri dari Dr. H. Hidayat Nur Wahid, M.A. (Wakil MPR RI), Ir. Maryam Rachmayani Yusuf, S.Th., MM (Direktur Utama Adara Relief International), Prof. K.H. Din Syamsuddin (Tokoh Muhammadiyah), Prof. Sudarnoto (Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri MUI), Usman Hamid (Direktur Amnesty International Indonesia), dan Ahrul Tsani Fathurrahman (Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri).

Hidayat Nur Wahid mengingatkan bahwa, “Pemerintah berikutnya harus ingat bahwa Indonesia terikat dengan konstitusi, karena konstitusi kita menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina sebagaimana yang tertera pada pembukaan Undang-Undang Dasar.” Dalam penutupnya, beliau juga menyatakan bahwa Indonesia tidak sendiri, perjuangan ini bisa dilakukan bersama ASEAN, OKI, Timur Tengah, dan PBB.

Jajaran penanggap ahli turut diiisi dengan tokoh yang tak kalah penting, meliputi Dr. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. (Ketua Wahdah Islamiyah), Prof. Yon Machmudi (Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (KTTI UI)), Tomy Hendrajati (Presiden Umum Human Initiative), Dr. Sabriati Aziz (Ketua Sayap Perempuan ARI BP), Agung Nurwijoyo, M.Sc. (Sekretaris Jenderal MINDA), dan Oke Setiadi (Ketua ASPAC for Palestine).

“Fokus Indonesia adalah kemerdekaan Palestina, bukan Israel, karena fokus pada Israel akan menuju kepada negosiasi yang berujung pada normalisasi,” tegas Prof. Yon Machmudi. Beliau juga menambahkan bahwa Pemerintah Indonesia perlu membentuk utusan khusus Indonesia untuk Palestina, yang bertugas untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait guna mewujudkan kemerdekaan Palestina.

Diskusi ini menjadi bagian dari komitmen Adara sebagai lembaga kemanusiaan, untuk mendorong elemen bangsa dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dengan mengedepankan dialog yang konstruktif untuk menyelesaikan persoalan Palestina. 

Menanggapi rekomendasi yang telah disampaikan oleh pembicara, Ahrul Tsani Fathurrahman mengatakan bahwa pihaknya menerima semua masukan, serta terus mencari cara supaya bantuan ke Gaza dapat dikirim secara cepat dan tepat sasaran. 

"Pemerintah telah mengalokasikan dana khusus untuk penyaluran ke Palestina yang diberikan dalam bentuk beasiswa, biaya hidup, serta makanan pokok," ujarnya.

Menutup hasil diskusi, para tokoh bersepakat bahwa isu Palestina harus menjadi agenda prioritas dari lembaga legislatif dan eksekutif dalam 100 hari pertama kerja mereka. Forum mendesak pemerintah untuk fokus mengawal dan mengupayakan bantuan kemanusiaan yang tepat sasaran. Indonesia juga dapat mengoptimalkan peran global melalui PBB, sehingga dapat memperkuat posisi Indonesia di forum internasional.

“Harapan kami setelah FGD ini, seluruh elemen bangsa bersatu padu untuk ikut serta secara aktif menyelesaikan persoalan Palestina. Sudah terlalu lama Palestina dikecewakan dan diabaikan oleh dunia, saatnya Indonesia menutup luka bangsa Palestina,” tegas Fitriyah Nur Fadilah, Ketua Departemen Riset Adara Relief International selaku ketua pelaksana kegiatan ini.