Begini Respons KPU Jakarta Soal Gerakan 'Anak Abah Tusuk 3 Paslon'

JAKARTA - Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta Wahyu Dinata merespons munculnya gerakan "anak abah tusuk 3 paslon" di Pilkada Jakarta. Gerakan ini ramai digaungkan di media sosial.

Gerakan "anak abah tusuk 3 paslon" diartikan sikap para pendukung Anies Baswedan yang dijuluki "anak abah" untuk engga memilih pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta manapun yang telah mendaftar ke KPU Jakarta.

Sehingga, mereka memilih untuk mencoblos tiga pasangan calon saat hari pemungutan suara, sehingga surat suara mereka menjadi tidak sah.

Wahyu tak menyalahkan munculnya gerakan tersebut. Hanya saja, Wahyu mengimbau agar warga Jakarta untuk memanfaatkan hak pilihnya kepada salah satu pasangan calon.

"Pada prinsipnya kami dari KPU DKI mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dengan benar, tentunya mencoblos yang benar itu ada mekanismenya," kata Wahyu dalam pesan singkat, Selasa, 10 September.

Di satu sisi, Wahyu menyebut pihaknya akan menggencarkan edukasi kepada pemilih untuk menyukseskan kontestasi demokrasi pemilihan kepala daerah.

"Kami akan mengintensifkan sosialisasi dan edukasi ke pemilih mengenai pentingnya mengunakan hak pilihnya dengan benar," jelas Wahyu.

Sementara itu, kandidat Pilgub Jakarta juga ikut mengomentari gerakan "anak abah tusuk 3 paslon". Bakal calon Wakil Gubernur usungan PDI Perjuangan (PDIP) Rano Karno menyayangkan hal tersebut karena hak pilihnya menjadi sia-sia.

"Sekarang kalau dia mencoblos tiga-tiganya, rugi, suaranya terbuang percuma. Enggak usah datang ke TPS. Sekarang apa mau begini? Ini Jakarta punya kita, ayo, tinggal pilih mau pilih Kang Emil mangga, mau pilih Si Doel lebih bagus, mau pilih perorangan, silakan," urai Rano.

Bakal calon Wakil Gubernur yang diusung KIM Plus, Suswono menilai gerakan mencoblos 3 paslon ini terjadi karena persoalan komunikasi yang belum terjalin dengan baik.

"Yang kan tadi yang saya katakan kita mungkin mereka mungkin belum mengenal dengan para calon. Tentunya nanti setelah ada dialog, setelah ada melihat gagasan-gagasan besar, kita mestinya yang diperlukan apa sih, agar warga masyarakat Jakarta jadi lebih bahagia. Intinya itu," tutur Suswono.