Sumber Sejarah Kerajaan Perlak dan Islamisasi Nusantara
JAKARTA – Kerajaan Perlak atau Kesultanan Peureulak diyakini oleh berbagai pakar sejarah sebagai kerajaan Islam pertama di Aceh. Hal tersebut didasari beberapa bukti. Di antaranya, berbagai peninggalan catatan tertulis.
Apabila Perlak adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara, lantas bagaimana dengan Kerajaan Samudra Pasai?
Lebih dulu mana, Kerajaan Perlak atau Samudra Pasai?
Sejauh ini, para pakar sejarah belum secara resmi menentukan Perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara. Namun, berdasar penelitian berjudul Rekonstruksi Identitas Konflik Kesultanan Peureulak, dijelaskan bahwa tugas penulis sejarah adalah untuk membuktikan hal tersebut.
Tulisan yang dimuat di Paramita: Historical Studies Journal tersebut menjelaskan bahwa Kerajaan Perlak pada akhirnya melebur dan bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai.
Kerajaan Perlak didirikan pada tahun 840 M, dengan raja pertamanya adalah Sultan Alaidin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Kemudian, pada 1296 M, Kerajaan Perlak harus bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai yang waktu itu dipimpin Sultan Malikussaleh.
Penyebab Kerajaan Perlak bergabung dengan Samudra Pasai
Salah satu hal yang menjadi penyebab meleburnya Kerajaan Perlak dengan Samudra Pasai adalah karena raja terakhir, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah tidak memiliki ahli waris laki-laki.
Selain itu, Kerajaan Perlak kalah populer dengan Kerajaan Samudra Pasai. Meski demikian, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui keruntuhan kerajaan tersebut.
Asal muasal Kerajaan Perlak dan Syiar Islam
Nama “Perlak” berasal dari kata “Peureulak” yang merupakan wilayah di Aceh Timur yang kaya akan jenis kayu Kayei Peureulak (Kayu Peureulak atau Kayu Perlak).
Popularitas kayu perlak membuat banyak pendatang mengunjungi wilayah tersebut, sehingga disebutlah sebagai “Negeri Perlak”.
Awal mula Kesultanan Peureulak sendiri adalah penerus dari kerajaan yang sudah ada sebelumnya --sebelum Islam masuk. Diceritakan, pada zaman dahulu sebanyak seratus orang dari Arab mendatangi Negeri Perlak.
Rombongan tersebut dipimpin seorang Khalifah yang bertujuan berdagang sekaligus menyebarkan ajaran agama Islam.
Kemudian, salah satu cara penyebaran ajaran Islam di Negeri Perlak adalah lewat perkawinan. Ali bin Muhammad bin Ja`far Shadiq, yang merupakan salah satu rombongan menikah dengan Makhdum Tansyuri.
Pasangan ini kemudian melahirkan sultan pertama Kerajaan Perlak yang bernama Alaidin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Ali Hasjmy, dalam buku Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia (1981), menyebut bahwa Sultan Alaidin Sayyid mengubah nama Ibu Kota Kerajaan Bandar Peurelak menjadi Bandar Khalifah.
Hal tersebut ditujukan untuk menghormati masuknya Khalifah di Negeri Perlak. Kerajaan Perlak kemudian terkenal sebagai wilayah perdagangan yang maju pada masanya. Hal tersebut lantaran kayu perlak yang dihasilkan wilayah tersebut sangat berkualitas.
Kayu perlak adalah bahan baku pembuatan kapal di masa lalu. Hal tersebut membuat para pedagang dari Jazirah Arab beramai-ramai mendatangi Negeri Perlak.
Ramainya Perlak menjadi kota niaga dan banyaknya saudagar muslim yang datang membuat banyak perkawinan campuran dengan penduduk setempat. Dan Islam pun berkembang dengan cepat.
Beberapa sumber sejarah Kerajaan Perlak
Berdasar beberapa sumber yang telah dirangkum di bawah ini, diketahui bahwa Kerajaan Perlak pernah ada dan eksis di Nusantara.
1. Hikayat raja-raja Pasai
Meski mulanya Samudra Pasai diyakini sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara. Namun Hikayat Raja-raja Pasai menyebut jika raja pertama Kesultanan Samudra Pasai, Meurah Silu menikahi seorang putri dari sultan Peureulak.
2. Catatan perjalanan Marcopolo
Penjelajah asal Venesia, Italia, Marcopolo mencatat dalam catatan pelayaran tahun 1292 M bahwa dirinya sampai di bagian utara Pulau Sumatra dan menyebut wilayah tersebut sebagai “Ferlec”.
Marcopolo bercerita dirinya menjumpai penduduk asli dari sebuah kerajaan kecil yang telah memeluk agama Islam —lantaran telah diperlakukan hukum Islam. Ferlec yang disebut Marcopolo tersebut tidak lain adalah Peureulak atau Perlak.
3. Catatan dari Persia: “Tajul Alam”
Jauh sebelum Kerjaan Perlak berdiri, diyakini bahwa wilayah tersebut adalah tempat berkunjung banyak bangsa, terutama Arab dan Persia, yang menyebut Peureulak dengan “Tajul Alam”.
Bangsa Persia diyakini sebagai pembangun pertama Kesultanan Peureulak, dengan Meurah Syahri Nuwi sebagai raja pertama. Namun tidak ada sumber sejarah yang kuat untuk mendasari teori tersebut.
4. Tajil Alam disebut bangsa China sebagai “Tazi”?
Selain Bangsa Persia, China juga menyinggung adanya wilayah Perlak dengan nama Tazi. Berdasarkan berita China pada 674 M, Raja Tazi mengirimkan utusan ke Ka-Ling.
Sumber China tersebut menjelaskan bahwa Tazi adalah negeri yang aman, dengan penguasa yang bernama Ratu Sima. Penguasa yang cakap dan adil.
Meski demikian, terdapat pakar yang menyatakan Tazi yang dimaksud tersebut adalah wilayah Kesultanan Juempa.
5. Hikayat Aceh dan makam Raja Perlak
Hikayat Aceh menuliskan, Syaikh Abdullah Arif, seorang ulama Arab, menyebarkan agama Islam di wilayah utara Pulau Sumatra pada tahun 1112 M.
Hikayat tersebut menuliskan Kesultanan Peureulak memiliki sultan pertama bernama Alauddin Syah, yang memerintah pada tahun 1161–1186 M. Keterangan ini membuat perbedaan dengan sumber sebelumnya, yang menyebut Kerajaan Perlak berdiri pada tahun 840 M.
Sementara itu, terdapat tempat yang dipercaya sebagai makam sultan pertama, Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, yang berada di pesantren di Peureulak, Aceh Timur.
Selain sumber-sumber sejarah tentang keberadaan Kerajaan Perlak di atas, terdapat pula koin atau mata uang Kerajaan Perlak dan stempel Kerjaan Perlak yang diyakini menjadi bukti kuat eksistensinya di masa lampau.
Namun beberapa sumber tersebut belum memiiki validitas yang kuat, sehingga tidak dicantumkan secara khusus dalam artikel ini.
*Selain sumber sejarah Kerajaan Perlak, ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!
MEMORI Lainnya