Rosan Bongkar Alasan Tesla Urung Investasi di Indonesia: Listrik Berbasis Fosil

JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan alasan perusahaan mobil milik Elon Musk, Tesla, batal mendirikan pabrik di Indonesia.

Menurut Rosan, batalnya Tesla menanamkan modalnya karena Indonesia belum sepenuhnya siap dengan ekosistem energi hijau. Karena itu, Rosan bilang Tesla memilih mengalihkan rencana untuk bangun pabrik di negara lain.

“Kebetulan saya involve langsung pembicaraan dengan Tesla. Salah satu (alasan) mereka mengalihkan investasi bukan ke kita, karena mereka bilang sebagai (produsen) EV car tentunya ingin semuanya bersih istilah mereka,” kata Rosan di dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, di kutip Rabu, 4 September.

Rosan bilang sumber energi di kawasan industri Indonesia masih menggunakan fosil, hal tersebut tidak sejalan dengan visi yang diusung oleh Tesla.

Adapun visi yang diusung oleh perusahaan milik Elon Musk ini yakni menciptakan transportasi yang paling menarik dan efisien di dunia tanpa mengorbankan pelanet ini. Sedangkan misi perusahaan tersebut adalah mempercepat transisi dunia menuju energi berkelanjutan.

“Kalau mereka masuk ke kawasan industri kita, tetapi energinya masih fossil fuel, base energy kayak coal, itu enggak in line dengan visinya mereka,” ungkapnya.

Terkait ekosistem hijau di Indonesia, Rosan mengakui memang masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negaran-negara lain di Asia Tenggara. Contohnya, kata dia, perusahaan di Sungapura yang berinvestasi di Vietnam sudah mengimplementasikan sumber energi bersih.

“Company di Singapura, Sembcorp, dia hanya dari Sembcorp saja sudah punya 13 (solar cell) di Vietnam, kawasan ekonomi di Vietnam. Dia akan buka lagi sampai 18 dalam waktu 2-3 bulan ke depan,” jelasnya.

Rosan bilang investor asing banyak yang berminta untuk investasi di Indonesia. Namun, mereka ingin Indoensia juga menggunakan sumber energi yang bersih sesuai dengan visi perusahaan tersebut.

Karena itu, menurut Rosan, membangun ekosistem energi bersih atau energi baru terbarukan (EBT) perlu dipercepat. Dia bilang langkah ini juga untuk menarik investasi masuk ke Indonesia.

“Karena tuntutan dari para investor juga. Para investor itu diwajibkan juga untuk carbon neutral. Kita pun harus juga menuju ke arah situ,” katanya.

“Karena memang demand-nya seperti itu. Itu yang dilakukan saya lihat di banyak negara. ASEAN lah negara tetangga kita. Baik itu di Vietnam, Malaysia, Thailand. Mereka mendorong ke situ, sehingga investornya juga ingin masuk ke kawasan industri itu,” sambungnya.