Meski Harga Merosot, Bitcoin Makin Diminati dengan Model “Power Law Corridor”

JAKARTA - Bitcoin, kembali menjadi sorotan berkat model Power Law Corridor. Meskipun harganya mengalami fluktuasi lebih dari 13% dari nilai puncaknya pada Maret lalu, model ini semakin populer di kalangan analis dan investor. Berbeda dengan model harga stock-to-flow (S2F) yang sebelumnya mendominasi perbincangan, model Power Law Corridor kini mendapat tempat tersendiri dalam diskusi mengenai prediksi harga bitcoin (BTC).

Teori Power Law

Model stock-to-flow (S2F) yang dipopulerkan oleh Plan B sempat menjadi perbincangan hangat. Namun, akhir-akhir ini, perhatian beralih ke model Power Law Corridor yang dianggap lebih relevan. Teori mengenai Power Law dan bitcoin kini marak dibahas di berbagai forum dan platform media sosial. John Osterman, seorang analis terkenal, mengulas garis-garis support yang diduga terkait dengan model Power Law ini.

Dikutip dari Bitcoin.com News, Osterman mangatakan , “Model Power Law bitcoin tidak memiliki konsep untuk menentukan waktu pasar. Ini hanya lantai dasarnya. Tidak ada yang perlu khawatir karena garis lantai/support terus naik. Jika Anda percaya bahwa harga bitcoin tidak akan jatuh di bawah garis support merah, SELAMAT, Anda adalah pengikut model Power Law bitcoin.”

Teori Power Law atau Power Law Corridor menyatakan bahwa fenomena keuangan tertentu, seperti dinamika harga bitcoin, mengikuti hubungan matematis di mana peristiwa besar (seperti perubahan harga yang signifikan) lebih jarang terjadi tetapi memiliki dampak lebih besar daripada peristiwa kecil yang lebih umum.

Dalam konteks ini, harga aset umumnya mengikuti koridor yang sesuai dengan distribusi Power Law. Probabilitas perubahan harga ekstrem berkurang, tetapi tetap mungkin terjadi seiring nilai bergerak menjauh dari rata-rata. Pergerakan harga BTC sejajar dengan Kurva Pertumbuhan Logaritmik, biasanya tetap berada dalam batas-batas melengkung yang telah ditentukan.

Baca juga:

Prediksi Harga Bitcoin

Pada pekan pertama Maret 2024, Bitcoin.com News menyoroti formula yang diusulkan oleh penggemar bitcoin Fred Krueger dan Giovanni Santostasi. Menggunakan persamaan Power Law, mereka memprediksi BTC dapat melonjak hingga 1 juta Dolar AS (sekitar Rp16 miliar) per koin pada tahun 2033. Meski BTC mencapai puncak dramatis di 73.794 Dolar AS (sekitar Rp1,2 miliar) pada 14 Maret 2024, diskusi tentang teori Power Law terus berlanjut.

Akun X Plan C menyatakan, “Dukungan Power Law Bitcoin telah bertahan kuat selama 15 tahun terakhir. Itu telah melewati krisis tahun 2020, kolapsnya Luna, skandal FTX, dan lainnya. Jika dukungan ini terus bertahan, ini akan menjadi harga terendah yang bisa kita harapkan. Dukungan Power Law = 0,03 Kuantil Regresi.”