Rusia Buka Dialog dengan AS di Tengah Ketegangan Usai Putin Bicara Pasokan Senjata ke Korut
JAKARTA - Rusia menyebut adanya kebutuhan mendesak untuk melakukan perundingan keamanan dengan Amerika Serikat (AS). Namun perundingan tersebut harus dilakukan secara "komprehensif" dan mencakup topik Ukraina.
“Mustahil untuk menghilangkan satu bagian pun dari keseluruhan permasalahan yang kompleks, dan kami tidak akan melakukan hal ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya apakah Moskow siap untuk berbicara dengan Washington mengenai risiko nuklir.
“Jadi kami terbuka untuk berdialog, namun untuk dialog komprehensif yang luas yang mencakup semua dimensi, termasuk dimensi terkini terkait konflik di sekitar Ukraina, terkait keterlibatan langsung AS dalam konflik ini,” kata Peskov kepada wartawan dilansir Reuters, Sabtu, 22 Juni.
Amerika Serikat menolak anggapan Rusia, dengan mempersenjatai Ukraina, AS telah menjadi protagonis langsung dalam perang yang bertujuan menimbulkan “kekalahan strategis” yang menghancurkan terhadap Moskow.
AS mengatakan setiap perundingan mengenai perang adalah urusan Ukraina.
Sikap Rusia, seperti yang digariskan oleh Peskov, bukanlah hal baru. Namun dia mengatakan daftar topik yang perlu didiskusikan Rusia dan Amerika Serikat semakin bertambah.
“Secara keseluruhan, dialog ini sangat diperlukan,” kata Peskov. “Hal ini diperlukan karena masalah yang menumpuk, dan ada banyak masalah yang terkait dengan arsitektur keamanan global.”
Dari sudut pandang Washington, Putinlah yang, pada tahun ketiga perang di Ukraina, menambah daftar kekhawatiran keamanan.
Baca juga:
Pekan ini, Putin mengunjungi Korea Utara yang memiliki senjata nuklir, menandatangani perjanjian pertahanan bersama dengan pemimpinnya Kim Jong Un dan mengatakan Rusia mungkin akan memasok senjata ke Korea Utara sebagai tanggapan atas tindakan Barat yang mempersenjatai Ukraina.
Putin juga menegaskan kembali pada Kamis, 20 Juni, dia sedang mempertimbangkan untuk meninjau kembali doktrin Rusia mengenai penggunaan senjata nuklir.
Perjanjian pengendalian senjata terakhir yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Rusia dan Amerika Serikat akan berakhir pada tahun 2026.