Eksklusif Zara Leola, Memaknai Peralihan dari Penyanyi Anak Menjadi Penyanyi Remaja
JAKARTA - Zara Leola merupakan salah satu penyanyi muda yang beredar di industri musik Indonesia saat ini. Usianya masih 18 tahun, tapi karier musiknya sudah berjalan selama delapan tahun, dengan belasan lagu yang sudah dirilis sampai saat ini.
Single terbarunya yang berjudul “Lebih Dari Teman” bersama Mario G Klau menjadi lagu duet pertamanya bersama penyanyi pria yang bertemakan cinta. Lagu ini berkisah tentang seseorang yang cintanya tidak berbalas seperti apa yang diinginkan. Zara menyebut lagu barunya bertemakan “friendzone”.
“Lagu ini lebih ke friendzone sih. Dan apa yang aku ingin kasih tahu ke teman-teman, mungkin jangan terlalu kasih banyak harapan ke orang dulu,” kata Zara Leola saat mengunjungi kantor VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat baru-baru ini.
“Karena sekarang kan banyak banget ya, especially aku sebagai anak muda, banyak banget bergaul, aku pengin punya banyak teman, terus tiba-tiba ketemu seseorang, eh baper, tapi cuma dianggap teman doang,” lanjutnya.
Lewat lagu barunya, Zara yang dulu dikenal sebagai penyanyi cilik, bahkan pernah menjadi nominasi di AMI Awards sebanyak dua kali, kini telah berubah menjadi penyanyi remaja.
Peralihan dari penyanyi anak menjadi penyanyi remaja bagi Zara berjalan cukup baik. Hal itu bisa dilihat dari konsistensinya sejak debut di usia 10 tahun. Setiap tahunnya, putri sulung Enda Ungu itu selalu merilis lagu-lagu baru, bahkan beberapa diantaranya ikut terlibat dalam penulisan lagu.
Baca juga:
Zara sendiri merasa perubahan yang dialami sejauh ini berjalan baik. Dia tahu lagu seperti apa yang cocok untuk penyanyi seusianya, dan juga penggemar yang sebagian besar seumuran.
“Aku ngerasa perubahan aku ini nggak yang setiba-tiba itu. Aku bilang sama ayah, 'Yah, aku kayaknya kesulitan mempertahankan idola cilik aku menjadi seorang remaja', jadi aku bilang aku butuh solusi. Kata ayah aku harus cari lagu-lagu yang temanya universal terus ke tema percintaan,” tutur Zara.
“Tapi selain itu, (perubahannya) pun nggak sesulit itu, karena kebetulan fans-fans aku pada seumuran aku juga kan, jadi mereka juga bisa ngerasain apa yang aku rasain. Kalau misalnya aku ngeluarin yang cinta-cintaan pasti yang sesuai dengan umurnya. Nggak mungkin dong aku yang umur 18 tahun ini ceritain lagu-lagu perselingkuhan.”
Saat ini, Zara juga yakin dengan pilihannya di industri hiburan. Dia menyukai apa yang dijalani sebagai seorang penyanyi, dan ingin tetap konsisten dengan pilihannya, meski diakuinya tidak mudah.
“Sekarang aku yakin dengan diriku kalau aku ingin mengasah diriku di dunia musik ini. Aku ngerasa anaknya emang yang sukanya seni, aku suka lebih nulis lagu, aku lebih suka akting. Untuk saat ini, insya Allah aku akan terus berkarier. Untuk sekarang, di usiaku yang masih muda ini aku rasa ini yang aku suka,” katanya.
“Karena kan aku mulai karier dari 10 tahun, aku benar-benar pengin berubah tuh pas umur 15 tahun. Di situ tuh aku ngerasa aku harus pertahankan apa yang aku mau. Kebetulan aku sadar kalau aku itu remaja yang sangat labil dengan pilihannya sendiri, kayak tiba-tiba pengin ini, pengin itu, jadi aku sadar kalau harus konsisten.”
Peran Ayah Musisi, Privilege atau Beban?
Bukan tanpa alasan, pandangan beberapa orang yang melihatnya hanya mengandalkan nama besar sang ayah dan mempertanyakan kemampuannya, ditemui di media sosial. Namun, Zara tampaknya lebih dewasa dari apa yang dibayangkan, dia sadar betul bahwa tidak semua hal yang dilakukannya mendapat respon positif.
“Setiap orang berkomentar tentangku, aku selalu ambil itu sebagai bahan evaluasi. Kan nggak semua orang sempurna, kalau buat kesalahan ya kita harus maklumin aja,” ujar Zara.
“Kalau itu opini orang yaudah, nggak semuanya harus didengerin. Nggak semuanya harus positif, jadi kalau ada yang negatif ya nggak apa-apa. Balik lagi, aku belajar kalau di dunia ini nggak akan semuanya respect kita, dan nggak semuanya suka sama apa yang kita jalani,” lanjutnya.
Lebih jauh, Zara bahkan melihat nama besar sang ayah bukanlah sebuah beban, namun sebagai berkat tersendiri yang harus diterima. Dia sadar tanpa ayahnya, sulit baginya untuk menemui kecintaan akan industri musik.
Perjalanan Enda sebagai musisi yang tidak mudah juga menjadi pembelajaran tersendiri. Zara menemukan guru terbaik untuk menjalani karier musiknya.
“Saran ayah tuh biar aku respek ke orang-orang sekitar. Karena tanpa kita sadari, pekerjaan kita ini juga bantu banyak orang, dan tanpa orang-orang itu juga kita nggak bisa kerja. Aku ngerasa di industri ini banyak banget orang-orang di belakang layar yang ngebantu,” kata Zara.
“Ayah juga ngajarin aku buat sabar. Contohnya aja deh, misalnya viral, kita kan nggak tahu ya. Kalau misalkan viral bisa dibeli, semua orang juga bakal ngebeli. Tapi ayah pasti selalu bilang, 'Sabar kak, semua ada waktunya. Nggak usah buru-buru',” lanjutnya.
“Karena yang aku lihat dari ayah, dia itu sabar banget di dunia musik. Ayah benar-benar dari awal, dari Manado ke Jakarta, terus album kesatu pun nggak booming. Jadi, aku benar-benar ngerasa dia ngajarin aku banyak hal.”
Tidak satupun saran dari sang ayah dipandang sebelah mata. Zaman mungkin telah berubah, namun Zara melihat kematangan ayahnya di dunia musik tidak akan pernah salah.
“Karena aku tahu, pada akhirnya hal-hal yang dipelajari ayah itu pasti akan berguna. Menurut aku industri ini berputar sih, jadi aku ngerasa saran-saran ayah nggak mungkin salah. Kalaupun seandainya aku ngerasa saran ayah salah, pasti at the end of the day juga pasti benar,” katanya.
“Aku juga nggak mungkin sih underestimate apa yang ayah bilang ke aku, karena dia adalah profesional di musik.”
Dari apa yang dilalui selama di industri musik, Zara justru merasa lebih “beruntung” dari teman-temannya. Ketika beberapa temannya belum menentukan apa yang menjadi jalan hidupnya, Zara justru merasa sudah punya karier yang layak untuk dijalani.
“Aku sadar kalau aku punya pekerjaan yang keren, dan aku masih bisa balance dengan pekerjaan dan kehidupan sosialku. Delapan tahun di dunia entertainment ini aku ngerasa harus sudah yakin. Aku ngerasa nggak mungkin aku stop karena aku mau ambil kuliah yang beda. Ya mungkin sekarang hobi aku udah jadi prioritas aku, udah jadi sesuatu yang serius,” kata Zara Leola.
“Mungkin karena aku ngerasa aku udah punya karier ini, yang awalnya hobi menjadi serius. Jadi aku ngerasa musik mengubah hidup aku karena aku bisa melangkah lebih jauh.”