Penumpang Laporkan Penemuan Ular, Layanan Kereta Peluru Jepang Alami Penundaan
JAKARTA - Layanan kereta peluru di Jepang terpaksa menunda sementara operasionalnya meski hanya beberapa menit, sementara pihak berwenang akan melakukan penyelidikan atas peristiwa tersebut.
Ular sepanjang sekitar 40 sentimeter ditemukan di dalam kereta peluru Shinkansen saat tiba di stasiun akhir, Stasiun Tokyo, pada 16 April sore. Ular itu dilihat oleh seorang penumpang di kereta Kodama Tokaido Shinkansen Line yang berangkat dari Nagoya di Jepang tengah
Seorang anggota staf operator kereta api, Central Japan Railway Co (JR Central), menangkap ular tersebut dan menyerahkannya kepada pihak berwenang setempat, menurut perusahaan tersebut, dilansir dari Kyodo News 25 April.
Ular itu ditemukan di gerbong No. 6 dari 16 gerbong kereta. Diketahui, penumpang dilarang membawa ular ke dalam kereta.
Jenis ular tersebut belum diketahui, sementara sebuah tinjauan sedang dilakukan untuk menentukan bagaimana ular tersebut bisa masuk ke dalam kereta, kata perusahaan kereta api kepada CNN.
Pihak operator memutuskan untuk tidak menggunakan kereta tersebut untuk perjalanan berikutnya ke Osaka di Jepang bagian barat, memilih kereta lain sebagai gantinya yang mengakibatkan penundaan selama 17 menit.
Tidak ada penumpang yang terluka akibat peristiwa ini. Namun, lebih dari 600 penumpang terkena dampak dari penundaan tersebut.
Baca juga:
- Burung Langka 'Mampir Bermain', Air Mancur Bellagio Hotel dan Casino di Las Vegas Berhenti Beroperasi
- Minta Sekutu Kirim Tambahan Pertahanan Udara, Presiden Zelensky: Rusia Gunakan lebih dari 9.000 Bom Berpemandu
- Pejabat PBB Sebut Butuh 14 Tahun untuk Membersihkan 37 Juta Ton Puing di Gaza
- Kementerian Luar Negeri China Sebut NATO Pikul Tanggung Jawab Langsung Krisis Ukraina
Kereta peluru, Shinkansen, dikenal karena efisiensinya serta kecepatannya yang mencapai 320 kilometer per jam (200 mph). Para komuter di Jepang sangat mengandalkan ketepatan waktu berangkat maupun kedatangan layanan kereta ini.
Pada tahun 2017, seorang kondektur di salah satu layanan, Tsukuba Express, memicu permintaan maaf dari jaringan kereta setelah dia berangkat 20 detik lebih awal.