Moody’s Pertahankan Peringkat Utang Republik Indonesia, Bos BI Ungkap Berkat Stabilitas Makroekonomi yang Terjaga
JAKARTA - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada 16 April 2024.
Moody's memandang afirmasi ini sejalan dengan hasil asesmen bahwa ketahanan ekonomi Indonesia tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.
Menanggapi keputusan Moody's tersebut, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyampaikan kredibilitas kebijakan moneter dan fiskal yang ditempuh bank sentral dan pemerintah juga diyakini mendukung pencapaian tersebut.
"Berbagai inovasi instrumen kebijakan moneter dinilai berhasil meningkatkan ketahanan eksternal yang tercermin dari perbaikan sejumlah indikator seperti transaksi berjalan dan kecukupan cadangan devisa," jelasnya dalam keterangannya, Rabu, 17 April.
Perry menyampaikan, Afirmasi rating Indonesia pada peringkat Baa2 dengan outlook stabil merupakan bentuk kepercayaan dunia internasional atas stabilitas makroekonomi yang terjaga dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang positif.
Adapun kepercayaan dunia internasional ini didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara pemerintah dan Bank Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat.
Ke depannya, Perry menyampaikan Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus meningkatkan sinergi kebijakan dengan pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan."
Sebagai informasi, Moody's memproyeksikan rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024–2025 akan tetap berada pada level sebelum pandemi yaitu sekitar 5,0 persen.
Rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat Baa yaitu tumbuh pada kisaran 3,0 persen.
Adapun perkiraan pertumbuhan ekonomi yang kuat tersebut terutama didukung oleh keberhasilan berbagai reformasi struktural yang ditempuh pemerintah yang diarahkan untuk perbaikan iklim investasi yang berdampak kepada peningkatan penanaman modal asing, penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekspor dan peningkatan penerimaan pemerintah.
Di sektor eksternal, Moody's memandang daya tahan sektor eksternal tetap terjaga, tercermin dari surplus neraca perdagangan yang meningkat.
Implementasi kebijakan hilirisasi diyakini menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi kenaikan pangsa ekspor komoditas yang memiliki nilai tambah, sehingga meningkatkan diversifikasi ekspor komoditas dan mengurangi sensitivitas terhadap harga.
Kemdian, perkembangan ini selanjutnya mampu mendorong peningkatan cadangan devisa yang mencapai 140,4 miliar dolar AS atau setara dengan 6,4 bulan impor pada akhir Maret 2024.
Selain itu, Moody's menilai sinergi kebijakan moneter dan fiskal yang erat menjadi dasar atas terjaganya kredibilitas kebijakan.
Implementasi bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dipandang mampu meredam volatilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang mempengaruhi arus masuk modal asing.
Baca juga:
Sementara itu, komitmen pemerintah untuk tetap menjaga defisit fiskal di bawah batas 3 persen dari PDB mampu menjaga rasio utang pemerintah terhadap PDB tetap rendah dibandingkan negara-negara lain yang berada pada peringkat yang sama.
Dalam jangka menengah, keberhasilan implementasi kebijakan reformasi pemerintah menjadi kunci tercapainya target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.
Moody's sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada Baa2 dengan outlook Stabil pada 10 Februari 2022.