Israel Ancam Perluas Operasi Militer ke Rafah Jika Seluruh Sandera Tidak Dibebaskan Bulan Ramadan
JAKARTA - Tentara Israel akan memperluas operasi militernya ke Rafah di selatan gaza, jika seluruh sandera yang masih ditahan kelompok Hamas tidak dibebaskan pada awal Ramadan mendatang, kata menteri Kabinet Perang Israel Benny Gantz.
Komentar Gantz tampaknya menjadi batas waktu paling jelas bagi aksi militer Israel di kota Gaza selatan, di mana lebih dari 1 juta pengungsi Palestina berlindung di dekat perbatasan Mesir. Sementara, bulan suci umat Muslim tahun ini diperkirakan akan dimulai pada 10 atau 11 Maret mendatang.
"Dunia harus tahu dan para pemimpin Hamas harus tahu, jika pada Bulan Ramadan para sandera kita tidak ada di rumah, pertempuran akan berlanjut hingga wilayah Rafah," kata Gantz pada pertemuan organisasi-organisasi Yahudi Amerika di Yerusalem, melansir CNN 19 Februari.
"Kami akan melakukannya secara terkoordinasi, memfasilitasi evakuasi warga sipil melalui dialog dengan mitra kami di Amerika dan Mesir untuk meminimalkan korban sipil," jelas Gantz.
Israel mengatakan pihaknya berencana untuk memperluas operasi daratnya ke Rafah sebagai bagian dari tujuannya untuk menghancurkan Hamas setelah serangan 7 Oktober.
Namun, ada kekhawatiran yang berkembang bahwa sekitar 1,5 juta warga Palestina yang berlindung di sana tidak punya tempat tujuan.
"Kepada mereka yang mengatakan harga yang harus dibayar terlalu tinggi, saya mengatakan ini dengan sangat jelas: Hamas punya pilihan, mereka bisa menyerah, melepaskan sandera, dan warga Gaza akan bisa merayakan Ramadan," tegas Gantz.
Baca juga:
- Menlu Yordania Sebut Israel Bertanggung Jawab Atas Pengusiran Massal Warga Palestina
- Namanya Masuk Daftar Buronan Rusia, PM Estonia Kaja Kallas: Tidak Takut
- Presiden Lula Singgung Genosida di Gaza, Israel Panggil Duta Besar Brasil
- Kementerian Kesehatan Gaza Sebut Israel Tangkap 70 Petugas Kesehatan di RS Nasser
Diketahui, sejumlah negara dan lembaga internasional, termasuk negara Barat dan sekutu tradisional Israel, Amerika Serikat, sudah memperingatkan kekhawatiran terkait rencana Israel menyerang Rafah.
Presiden Biden bahkan sampai beberapa kali menekankan kekhawatirannya, meminta Israel tidak melanjutkan serangan ke Rafah, jika tidak bisa memastikan keselamatan dan keamanan warga sipil.