Jawab Tudingan Salah Data Deforestasi Menteri Siti, Mahfud: Saya Pakai Global Forest Watch

JAKARTA - Cawapres nomor urut tiga, Mahfud MD menyebut dirinya menggunakan data yang berbeda dengan yang dimiliki Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) saat membahas deforestasi di debat keempat pada Minggu malam, 21 Januari. Katanya, ia memakai data dari Global Forest Watch (GFW).

Hal ini disampaikan Mahfud saat ditanya soal Menteri LHK Siti Nurbaya yang menuding data deforestasi yang disampaikan salah. 

“Bukan kesalahan tapi perbedaan membaca data. Yang disampaikan Bu Siti Nurbaya itu adalah deforestasi netto. Data yang ada di  KLH dan di BPS itu yang memang ada disitu,” kata Mahfud kepada wartawan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 23 Januari.

“Sedangkan data yang saya baca dari, Global Forest Watch dunia,” sambungnya.

Mahfud menyebut data dari GFW memotret keseluruhan hilangnya tutupan hutan dalam jangka waktu tertentu. “Sedangkan deforestasi netto itu merupakan deforestasi bruto dan dikurangi reforestasi sehingga sisanya catatan oleh Bu Siti Nurbaya,” tegas Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) tersebut.

Meski begitu, dia menegaskan dua data ini tak salah walaupun berbeda. Ia bahkan mempersilakan meminta rincian soal angka yang disebutnya ke Andi Widjajanto yang merupakan Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.

“Bu Siti Nurbaya mengurangi dengan tambahan tapi di tempat lain, yang rusak lebih dulu kan tidak tertutupi juga, tidak terbaiki. Itu saja, tidak apa-apa bagus ini. Sama-sama benar, tinggal mau baca dari mana, bruto atau neto,” ungkapnya.

“Data soal ini dari tahun ke tahun, tempat ke tempat itu kalau anda perlukan ada di Andi Wijayanto di TPN lengkap perbedaan data hitung,” sambung eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut.

Diberitakan sebelumnya, Siti Nurbaya membantah data yang dipaparkan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD soal deforestasi hutan yang terjadi di Indonesia. Ketika debat, Mahfud menyebut deforestasi mencapai 12,5 juta hektare.

“Saya harus mengatakan bahwa data itu salah. Saya bisa kasih tahu data yang sebenarnya. Kalau dipakai sejak tahun 2013, ada persoalan konsep. Dan ada persoalan bagaimana membaca data," kata Siti Nurbaya saat ditemui sejumlah wartawan di Media Center Kementerian LHK, Senayan, Jakarta Selatan (Jaksel), Senin 22 Januari.

Dia menjelaskan, angka deforestasi hutan di Indonesia pada tahun 2013 adalah 730 ribu hektare. Kemudian di tahun 2015, angka deforestasinya bertambah menjadi 1,09 juta hektare.

"Jadi dari 0,73 juta hektare naik ke 1,09 juta hektare itu karena bencana El Nino di tahun 2015. Kemudian di tahun 2016 turun jadi 630 ribu hektare, dilanjutkan 2017 menjadi 480 ribu hektare, 2018 jadi 440 ribu hektare,” ucapnya.

"Di tahun 2019, Indonesia kembali mengalami El Nino, tapi tidak separah di tahun 2015. Di mana, angka deforestasinya menjadi 460 ribu. Sekarang di tahun 2022, kita hanya deforestasi 104 ribu hektare," tutur Siti.