Gaza Terancam Diserang Epidemi Akibat Serangan Militer dan Blokade Israel

JAKARTA - Seorang pejabat  kesehatan Palestina memperingatkan bahaya  epidemi di seluruh Jalur Gaza sebagai dampak  perang Israel melawan Hamas.

"Tingkat pencemaran air yang digunakan warga di Jalur Gaza sangat tinggi," kata Rami Al-Abadia, direktur departemen layanan kesehatan dasar pada Kementerian Kesehatan Palestina dilansir ANTARA dari Anadolu, Selasa, 17 Oktober.

"Penggunaan air kontaminasi selama sepekan ini menimbulkan sejumlah kasus diare pada anak-anak yang berada di pusat-pusat penampungan," kata dia.

Al-Abadia mengatakan orang-orang yang berada di pusat-pusat penampungan kekurangan alat kebersihan pribadi, sampai menimbulkan sejumlah kasus penyakit kulit.

Dia juga mengingatkan tumpukan sampah di jalanan mengingat Gaza menghasilkan 2 ribu ton sampah setiap hari dan petugas sanitasi tak bisa bekerja karena pemboman besar-besaran Israel.

Memasuki hari keepuluh konflik dengan Hamas, Israel terus membombardir dan memblokade Jalur Gaza.  Sudah lebih dari satu juta orang atau hampir separuh total penduduk Jalur Gaza mengungsi, kata Badan Pemulihan dan Pekerjaan untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA).

Gaza mengalami krisis kemanusiaan mengerikan tanpa listrik, sementara pasokan air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan mulai menipis ketika warga sipil pindah ke wilayah selatan setelah Israel memerintahkan mereka meninggalkan bagian utara Gaza.

Pertempuran dimulai ketika pada 7 Oktober Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa, serangan mendadak ke segala penjuru termasuk serentetan tembakan roket dan penyusupan ke Israel melalui darat, laut dan udara. 

Serangan dilancarkan sebagai balasan setelah Masjid Al-Aqsa disebut Israel dan akibat kekerasan terhadap warga Palestina yang dilakukan Israel yang terus meningkat.

Sebagai balasan militer Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi dengan menargetkan Hamas di Jalur Gaza.

Dilaporkan 2.808 warga Palestina, termasuk 750 anak-anak tewas akibat serangan udara Israel di Gaza.