Pandangan Candra Darusman Soal Perkembangan Ethno Jazz dan Musik Tradisi di Indonesia

JAKARTA - Grup musik jazz Indonesia, Karimata dapat dikatakan sebagai salah satu grup yang punya peranan besar dalam perkembangan ethno jazz di Indonesia.

Beranggotakan Candra Darusman, Aminoto Kosin, Budhy Haryono, Denny T.R. dan Erwin Gutawa, Karimata pernah merilis album Jezz pada tahun 1991.

Menggabungkan jazz dan musik etnis Indonesia, album Jezz bahkan melibatkan banyak musisi jazz asal Amerika Serikat, seperti Bob James, Don Grusin, Ernie Watts, Lee Ritenour, dan Phil Perry.

Berkaca pada perkembangan jazz di Indonesia belakangan ini, ethno jazz bukan lagi hal yang asing. Banyak grup dan musisi yang mengusung genre musik tersebut.

Lebih dari itu, beberapa festival dan komunitas jazz bahkan secara terang-terangan mengusung ethno jazz ketimbang menampilkan jazz standard

Bagi Candra Darusman, fenomena tersebut adalah sesuatu yang menggembirakan. Dia melihat hal positif dari kehadiran ethno jazz di komunitas dan festival musik.

“Saya nggak tahu seberapa pengaruhnya kita waktu itu sampai sekarang. Tapi ya menggembirakan dong, banyak sentra-sentra jazz festival di Indonesia,” kata Candra Darusman saat ditemui di Kemang, Jakarta Selatan pekan lalu.

Keberadaan ethno jazz, juga dilihat memberi dampak positif terhadap perkembangan musik tradisional Indonesia itu sendiri.

“Justru di situ celahnya Indonesia untuk bisa berbicara di internasional. Karena tanpa local wisdom atau local component, kita sama aja dengan mereka (musisi jazz dari Amerika Serikat),” ujar Candra.

Berkaca pada kesuksesan Jepang dan Korea Selatan dalam membangun industri musiknya hingga dikenal di seluruh dunia, Candra pun mengajak industri musik Indonesia lebih bisa menghargai musik tradisi dan berani menunjukkan jati dirinya tanpa harus mengekor ke negara lain.

“Indonesia, kan kita kurang percaya diri aja masalahnya,” kata Candra Darusman.

“Suksesnya Jepang dan Korea kan karena mereka tidak melupakan masa lalu, tidak melupakan sejarah. Seni tradisi di Jepang itu kan mahal banget. Di kita malah mau habis, malah mau punah,” pungkasnya.