Penelitian Ungkap Wanita Lebih Mungkin Mengalami Nyeri hingga Sakit Kepala Usai Vaksinasi Flu
JAKARTA - Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan para ahli menemukan, perempuan lebih mungkin mengalami reaksi seperti nyeri di tempat suntikan usai vaksinasi flu dibanding pria.
Menurut studi baru yang diterbitkan dalam 'Journal of Epidemiology and Community Health', perempuan juga dikatakan lebih mungkin menderita "reaksi sistemik" terhadap vaksinasi flu, termasuk demam, sakit kepala hingga mialgia atau nyeri dan nyeri otot.
Para peneliti yang dipimpin oleh ahli dari Universitas Montreal Kanada mengatakan, respons tubuh terhadap vaksin dan efek sampingnya mungkin berbeda antara pria dan wanita.
"Tetapi sebagian besar penelitian tidak melaporkan hasil berdasarkan jenis kelamin," kata para peneliti, dilansir dari The National News 10 Oktober.
Lebih jauh, para peneliti menganalisis data lebih dari 34.000 orang yang mengambil bagian dalam 18 penelitian sebelumnya. Mereka dibagi ke dalam dua kelompok, yakni yang berusia 18-64 tahun dan kelompok 65 tahun ke atas.
Para peneliti menemukan, ada risiko lebih tinggi terjadinya reaksi di tempat suntikan pada wanita dibandingkan pria pada kedua kelompok orang yang ambil bagian.
Risiko yang lebih tinggi juga ditemukan untuk reaksi sistemik pada wanita dibandingkan pria.
Baca juga:
- Gaza Tidak akan Diberi Listrik, Air atau Bahan Bakar sampai Hamas Bebaskan Sandera Israel
- Belum Mau Bicarakan Pertukaran Sandera, Pejabat Senior Hamas: Kami akan Bahas Setelah Agresi Israel Berakhir
- IDF Perkirakan Hamas Tahan Para Sandera di Bawah Tanah
- Presiden Erdogan Sebut Eskalasi di Gaza Bukan Perang Tapi Pembunuhan Massal
Para peneliti mengatakan, untuk setiap 1.000 suntikan flu, diperkirakan akan ada tambahan 115 kasus reaksi di tempat suntikan pada wanita dibandingkan pada pria.
Dan, akan ada 74 kasus reaksi sistemik pada perempuan untuk setiap 1.000 vaksinasi, tambah mereka.
"Komunikasi yang transparan mengenai risiko ini dapat meningkatkan kepercayaan terhadap vaksin dan membatasi keraguan terhadap vaksin," tulis para peneliti.