Inggris Kurangi Jumlah Staf Diplomatik di Niger
LONDON - Inggris mengatakan sedang mengurangi jumlah staf di kedutaan besarnya di Niger yang dilanda kudeta.
"Telah terjadi pengambilalihan kekuasaan oleh militer di Niger, yang menyebabkan protes dan kerusuhan," kata Kementerian Luar Negeri Inggris dalam pernyataan dilansir ANTARA, Kamis, 3 Agustus.
"Protes bisa menjadi kekerasan dan situasinya bisa berubah dengan cepat tanpa peringatan," ujar kementerian itu.
Pemulangan sejumlah diplomat Inggris diputuskan menyusul langkah serupa oleh AS, yang telah memulai evakuasi sebagian staf di kedutaannya di Ibu Kota Niamey.
Presiden Niger Mohamed Bazoum ditahan oleh anggota pengawal presiden pada 26 Juli 2023. Sejak itu, militer mengumumkan bahwa mereka telah merebut kekuasaan.
Baca juga:
- Wapres: Menteri Lalai Tugas karena Kampanye akan Dievaluasi Presiden
- Pesan Jokowi ke Penerima LPDP: Yang Paling Penting Pulang Meski Gaji di Sini Lebih Rendah
- Wapres Soal Batas Usia Capres-Cawapres: Nanti MK Pertimbangkan Baik Buruknya
- Usai Jadi Tersangka Penistaan Agama, Panji Gumilang Bakal Diperiksa Soal TPPU Pekan Depan
Jenderal Abdourahmane Tchiani, pemimpin tentara pemberontak, mengambil alih kepemimpinan kelompok yang disebut Dewan Nasional untuk Perlindungan Negara pada 28 Juli 2023.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam (2/8), Tchiani mengatakan dia tidak akan tunduk pada tekanan untuk mengembalikan kekuasaan Bazoum.
Dia juga mengkritik sanksi yang dijatuhkan oleh para pemimpin Afrika Barat.