Film TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo Diharapkan Jadi Laskar Pelangi Versi Kabupaten Tanah Laut

JAKARTA - Film terbaru garapan sutradara Joko Nugroho, TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo direncanakan siap tayang pada Agustus ini. Bupati Tanah Laut (Tala), HM Sukamta berharap film ini bisa memajukan pariwisata kabupaten yang dipimpinnya, sekaligus menjadi kebanggaan bagi masyarakat di sana.

Bukan tanpa alasan Sukamta memilih media film untuk memajukan wilayahnya. Berkaca dari film Laskar Pelangi (2008) yang memperkenalkan Pulau Belitung, Sukamta yakin bahwa film TALA bisa menjadi kebanggaan rakyatnya.

“Saya punya keyakinan film ini akan membuat orang akan ke Tanah Laut, sama seperti kayak orang ke Belitung setelah lihat Laskar Pelangi. Saya yakin sama Tanah Laut karena potensi kita lebih besar dibandingkan Belitung,” kata HM Sukamta saat ditemui di Palmerah, Jakarta Barat pekan lalu.

Namun begitu, bukan berarti film ini digarap khusus untuk mempromosikan lokasi wisata. Sukamta menilai bahwa cerita dari film TALA lah yang akan menjadi fokus. Ia juga ingin film yang menggambarkan wilayah yang dipimpinnya punya kualitas yang baik.

“Yang kita kedepankan bukan potensi wisata kita, tapi ceritanya. Kalau saya kedepankan potensinya nanti jadi kayak iklan, orang nggak akan nonton. Saya ingin orang menikmati ceritanya, tapi nanti orang bisa melihat bagaimana Tanah Laut,” kata Sukamta.

Film ini juga diharap bisa mengedukasi masyarakat Tanah Laut yang disebut Sukamta sebagai masyarakat yang religius. Ia ingin warganya bersiap jika Tanah Laut menjadi salah satu unggulan wisata nasional ke depan.

“Daerah kami itu daerah yang religius, sedangkan wisata itu selalu dihadap-hadapkan dengan agama, seolah-olah wisata itu bertentangan dengan agama. Jadi, dari film ini kita ingin menunjukkan bahwa wisata itu bisa memberi keuntungan yang besar dan tidak bertentangan dengan agama,” tuturnya.

Sementara itu, Marcel Chandrawinata yang ikut bermain dalam film ini, turut memuji ide Sukamta untuk mempromosikan potensi wisata dengan media film. Ia menilai film punya keunggulan sendiri untuk menggambarkan suatu wilayah.

“Jujur memang idenya Pak Sukamta ini luar biasa, dari semua idenya dia, ini adalah yang paling out of the box, karena nggak semua orang pernah melakukan hal seperti ini,” ucap Marcel Chandrawinata.

“Dia memilih media film yang bisa ditonton kapanpun, oleh siapapun dan bisa ditonton berulang juga. Kedepannya, walaupun kita sudah mengerti tentang Tanah Laut, kalau kita mau kembali lagi lihat Tanah Laut dulunya seperti apa, kita bisa lihat film ini. Jadi ini salah satu cara yang baik untuk promosikan wisata suatu daerah,” sambungnya.

Lebih lanjut, sutradara Joko Nugroho mengatakan Pemkab Tanah Laut memberikan kebebasan kepada pihaknya untuk memproduksi film ini, termasuk dalam pemilihan aktor dan aktris yang membintangi film ini.

Oleh karena itu, Joko hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk menyelesaikan skenario film. Tidak seperti biasanya, ia membutuhkan waktu hingga tiga bulan.

“Berbagai tantangan selama memproduksi film dapat kami hadapi dengan mudah karena Pemkab Tanah Laut serta masyarakat mendukung proses produksi,” ujarnya.

Joko juga mengapresiasi Sukamta yang menginginkan supaya lebih banyak aktor dan aktris lokal yang terlibat dalam film tersebut. Ia pun mendorong para sutradara untuk menggunakan aktor atau aktris daerah bila hendak memproduksi film berlatar daerah. Selain menghasilkan film bermutu, sutradara juga berkewajiban untuk mengembangkan aktor dan aktris di daerah.

“Sutradara beserta insan perfilman juga bisa berkontribusi membangun daerah dengan caranya sendiri. Salah satunya, dengan membuat film daerah,” kata Joko.

Sebagai informasi, TALA: When Love Calls From The Bottom of Borneo dibintangi oleh Marcel Chandrawinata, Amara Angelica, serta Putri Pariwisata Indonesia 2022 Bella Devita. Film ini direncanakan bakal tayang pada Agustus 2023.