31 Januari dalam Sejarah: Kisah Dokter Pembunuh Berdarah Dingin yang Menghabisi Korbannya Nyaris Tanpa Jejak
JAKARTA - Dokter Harold Shipman divonis penjara seumur hidup pada hari ini 31 Januari 2000 atau tepat 21 tahun lalu di Inggris. Dokter keluarga ini terbukti bersalah karena merancang pembunuhan berantai kepada 15 orang pasiennya. Bagaimana kisahnya?
Shipman yang berasal dari Hyde, Greater Manchester juga diduga membunuh lebih dari 100 pasien lainnya. Dan ketika putusan hakim di Preston Crown Court dibacakan, tak ada raut muka sedih atau menyesal karena telah melakukan kejahatan tersebut.
"Setiap korban adalah pasien Anda. Anda membunuh setiap orang dengan penuh perhitungan dan berdarah dingin berkat keterampilan medisnya," ujar hakim Justice Thayne Forbes yang mengadili kasus Shipman dikutip BBC.
Hakim menjelaskan, Shipman menyamarkan aksi pembunuhannya di balik sosoknya yang perhatian dan baik hati. Pengadilan mendapat bukti bagaimana sang dokter mengunjungi rumah para korbannya dan memberikan morfin dalam dosis yang mematikan.
Aksi bejatnya baru diusut oleh seorang Pengacara Angela Woodruff, anak dari korban Shipman yang terakhir, Kathleen Grundy. Saat itu, Shipman tiba di rumah Grundy dengan dalih memberinya tes darah, namun kemudian terungkap bahwa sang dokter ternyata malah memberi morfin dalam dosis besar.
Kemudian Shipman memalsukan surat wasiat Grundy sehingga dirinya mendapatkan keuntungan dari harta kekayaannya. "Anda membawa mereka kematian, disamarkan oleh perhatian seorang dokter yang baik," kata hakim Forbes.
Baca juga:
Setelah persidangan Woodruff memberikan tanggapannya. "Sayangnya, tidak ada cara sekarang maupun nanti yang bisa mengembalikan ibu saya, atau korban lainnya."
Keluarga Shipman, istrinya, Primrose, dan putra-putranya, Christopher dan David berada di pengadilan untuk putusan tersebut. Dalam persidangan, kuasa hukum Shipman memberikan pembelaan dengan menyebut hasil investigasi hanya berdasarkan bukti toksikologi yang tak dapat diandalkan. Hasil penyeledikan tersebut diambil dari sembilan mayat korbannya yang digali kembali.