Bosch Kembangkan Alat untuk Daur Ulang Baterai EV yang Lebih Aman dan Efisien

JAKARTA - Dalam menghadapi peningkatan produksi kendaraan listrik (EV) di pasar global, produksi baterai lithium-ion juga meningkat pesat. Namun, dalam beberapa tahun mendatang, baterai-baterai ini akan mencapai akhir masa pakainya. Penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2030, Eropa diperkirakan akan mendaur ulang sekitar 420.000 ton bahan baterai per tahun.

Meskipun terlihat sebagai masalah sederhana, penanganan baterai bekas ini dapat sangat berbahaya, terutama jika skala baterai tersebut lebih besar. Namun, perusahaan teknologi asal Jerman, Bosch, telah menemukan solusi.

Dilansir dari Autocar pada Senin, 19 Juni, Bosch Rexroth telah mengembangkan alat untuk mengatasi masalah ini dan telah menyediakan sistem untuk Battery Lifecycle Company guna memudahkan proses pelepasan dan pembongkaran baterai secara otomatis.

Ketika baterai-baterai dari berbagai produsen tiba di fasilitas perusahaan di Magdeburg, Jerman, baterai-baterai tersebut akan dikosongkan dan kemudian dibongkar secara otomatis.

Komponen-komponen baterai berbobot hingga 150 kg ini akan melalui proses dengan kecepatan 18 meter per menit. Bosch mengklaim bahwa alat ini setara dengan delapan baterai lithium-ion yang kosong dalam waktu kurang dari 15 menit.

Proses pengosongan baterai ini jauh lebih efisien daripada cara manual yang dapat memakan waktu hingga 24 jam. Dengan menggunakan alat ini, proses otomatis dapat mengenali desain baterai yang berbeda, sehingga dapat meminimalkan risiko korsleting dan kebakaran, serta memungkinkan pengosongan baterai dalam hitungan menit.

Metode terbaru ini juga menarik karena energi yang disedot dari baterai digunakan untuk menyuplai sistem daur ulang dalam proses ini, sehingga energi tidak terbuang sia-sia.

Setelah modul baterai sepenuhnya kosong, modul tersebut dinonaktifkan secara kimiawi untuk memastikan tidak ada sisa energi. Tahap terakhir adalah menghancurkan baterai dan mendaur ulang bahan baku litium, kobalt, dan nikel.

Dengan metode ini, sekitar 95% kandungan kimia dalam baterai dapat didaur ulang dan digunakan kembali dalam produksi baterai yang baru.