Koarmada III Hadirkan Dua Kapal Perang Perkuat Pertahanan Laut Pasifik
SORONG - Komando Armada (Koarmada) III menghadirkan dua kapal perang jenis korvet yakni KRI Malahayati (362) dan KRI Fatahillah (361) guna memperkuat pertahanan di laut pasifik.
Panglima Koarmada III Laksamana Muda TNI Rachmad Jayadi menjelaskan kehadiran dua kapal perang tersebut untuk memperkuat pertahanan laut pasifik karena kekuatan kapal perang yang dimiliki Koarmada III saat ini berukuran kecil, sehingga perlu memperkuat armada dengan kapal perang yang memadai.
"Dua kapal perang yaitu KRI Malahayati (362) dan KRI Fatahillah (361) siap akan mengarungi semua wilayah yang menjadi tanggung jawab Koarmada III," ujar Rachmad dikutip ANTARA, Minggu 21 Mei.
Menurut dia, kondisi Laut Pasifik yang menjadi wilayah kerja Koarmada III sangat luas, sehingga membutuhkan armada yang memadai guna memaksimalkan penjagaan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari segala sesuatu yang dapat membahayakan negara.
"Wilayah Koarmada III berhadapan langsung dengan laut Pasifik maka harus diperkuat dengan armada yang kuat dan memadai," kata Rachmad.
Dia menyebutkan KRI Malahayati (362) merupakan kapal kedua dari kapal perang jenis perusak kawal berpeluru kendali kelas Fatahillah milik TNI-AL.
"Nama Malahayati berasal dari seorang laksamana perempuan pertama di dunia modern yang berasal dari Aceh," ujarnya.
Ia menjelaskan KRI Malahayati memiliki berat benaman 1.450 ton, panjang 11.342 meter, lebar 1.251 meter, draft 457 meter, kecepatan maksimum 30 knot dan awak kapal 82 orang.
KRI Malahayati, menurut dia, sebuah fregat yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda, pada 1980 khusus untuk TNI-A, dan bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan antikapal permukaan, antikapal selam dan antipesawat udara. KRI Malahayati termasuk dalam kelas Fatahillah bersama KRI Fatahillah (361) dan KRI Nala (363).
Selain KRI Malahayati, kata Rachmad, ada KRI Fatahillah (361) yang merupakan kapal pertama dari kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Fatahillah milik TNI AL.
"Nama Fatahillah diambil dari seorang pahlawan nasional yang berjasa merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis dan menamainya Jayakarta," ungkap dia.
KRI Fatahillah, menurut dia, merupakan sebuah korvet yang dibuat oleh galangan kapal Wilton-Fijenoord, Schiedam, Belanda, pada tahun 1979 khusus untuk TNI-AL.
"Kapal ini bertugas sebagai armada pemukul dengan kemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam dan anti pesawat udara," ujar Rachmad.
Baca juga:
KRI Fatahillah memiliki berat benaman 1.450 ton, panjang 8.385 meter, lebar 1.110 meter, draft 330 meter, kecepatan 21 knot dan awak kapal 82 orang.
“Kami harus tegak lurus, apa yang diperintahkan oleh pimpinan maka kita antisipasi dan persiapkan semuanya,” ujarnya.