Tanda SOS 'Iseng' di Pulau Laki yang Bikin Repot Basarnas dalam Pencarian Sriwijaya Air SJ-182

JAKARTA - Di tengah upaya pencarian tim SAR terhadap korban dan material pesawat Sriwijaya Air SJ-182, muncul tanda SOS di Pulau Laki yang menghebohkan jagat maya.

Tanda SOS (save our souls) atau yang berarti "selamatkan jiwa kami" muncul dalam aplikasi Google Maps, berada di tengah-tengah Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Pulau Laki adalah salah satu pulau yang dekat dari titik jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

Karena kemunculan tanda SOS ini viral di media sosial, Direktur Operasi Basarnas, Brigjen Rasman memerintahkan untuk mencari tahu sumber kemunculan tanda SOS tersebut.

"Untuk tanda SOS itu, nanti kita coba dalami sesuai dengan informasi yang diberikan tadi," kata Rasman di Posko Terpadu JICT II, Jakarta Utara, Rabu, 20 Januari.

Rasman mendengar kabar tanda SOS pada Rabu, 20 Januari pagi. Ia langsung memerintahkan anggota Basarnas untuk menyisir Pulau Laki demi mencari dugaan keberadaan permintaan pertolongan tersebut.

Sayangnya, pada sore harinya, Rasman mengaku  tim yang telah diperintahkan dalam pencarian memberi laporan tidak menemukan adanya seseorang yang butuh pertolongan apapun di Pulau Laki.

"Tadi pagi saya suruh anggota untuk mengecek. Sudah saya konfirmasi ke anggota, mereka tidak menemukan apa-apa," kata Rasman saat dikonfirmasi kembali.

Dugaan buatan orang iseng

Pakar telematika, Roy Suryo meragukan kebenaran soal tanda SOS di Pulau Laki tersebut. Sebab, menurut Roy, bisa saja tanda tersebut dibuat oleh seseorang yang iseng. 

"Setelah foto editan pesawat, suara angin yang dikira teriakan dan editan merapi merekah. Kini netizen heboh tanda "SOS" di Pulau Laki via Google Map. Ini jelas-jelas orang iseng," kata pakar telematika Roy Suryo dalam pesan singkatnya kepada VOI.

Menurutnya, titik lokasi yang muncul di Google Maps bisa dibuat oleh seseorang. Mantan politikus itu bahkan sempat menemukan jika lokasi tersebut sempat berubah-ubah nama, sebelum ditulis SOS. 

"Saya sudah cek juga history-nya, awalmya iseng ditulis "Tukang sate" kemudian "Wahana anak2", baru kemarin diubah jadi SOS Alert dan sebagainya," ungkapnya. 

Bagi Roy, tindakan iseng semacam ini sangat tidak tepat untuk dilakukan. Kalaupun sekedar mencari sensasi, tanda SOS yang berada tak jauh dari lokasi pencarian pesawat Sriwijaya Air tentunya dapat mengganggu proses evakuasi. 

"Di tengah-tengah duka memang baik kita memberikan Asa. Namun asa tanpa logika justru akan menimbulkan marabahaya," imbuhnya.

Bikin repot Basarnas

Melihat hal ini, pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah menganggap Basarnas tidak perlu bertindak di luar strategi pencarian pesawat Sriwijaya Air Sj-182 yang telah dipetakan.

Jika Basarnas terlalu menanggapi informasi liar yang berkembang di publik, kata Trubus, tentu akan merepotkan Basarnas selama masa pencarian korban dan material pesawat Sriwijaya Air SJ-182.

 "Basarnas kan punya strategi, tugas pokok, dan fungsi dalam upaya penyelamatan korban dan material pesawat. Basarnas enggak perlu merespons hal-hal yang di luar fokus pencarian karena belum tentu semua informasi yang berkembang di medsos itu benar. Kalau meladeni yang viral-viral di medsos ini bikin repot Basarnas pastinya, di tengah melakukan pencarian," kata Trubus kepada VOI.