Mataram Waspada Chikungunya, Selama Maret Dinkes Temukan 34 Kasus
MATARAM - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengimbau warga agar waspada dengan penyakit chikungunya akibat infeksi virus yang ditularkan nyamuk Aedes Albopictus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr H Usman Hadi mengatakan, penyakit chikungunya saat ini perlu diwaspadai karena temuan kasus awal tahun ini relatif tinggi.
"Kasus infeksi chikungunya menurut mingguan pada bulan Maret 2023, terjadi lonjakan kasus pada minggu ke 11 sebanyak 34 kasus. Pada minggu sebelumnya hanya 12 kasus, 11 kasus, bahkan ada yang hanya 4 kasus," katanya dikutip ANTARA, Kamis 13 April.
Usman mengatakan, gejala chikungunya ini mirip dengan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yakni, badan panas, deman, pusing, nyeri pada persendian, dan terjadi penurunan trombosit tapi tidak serendah DBD.
Terkait dengan itu, lanjutnya, untuk mencegah chikungunya dan DBD masyarakat diimbau waspada dan peduli terhadap kebersihan lingkungan dengan menggencarkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Baik chikungunya maupun DBD, pencegahannya sama yakni kebersihan lingkungan," katanya.
Lebih jauh Usman mengatakan, selain chikungunya dan DBD berbagai penyakit yang perlu diwaspadai saat ini adalah penyakit Ispa (infeksi pernapasan akut) yang menyerang saluran pernapasan, baik saluran atas maupun bawah.
Kondisi ini dapat terjadi pada beberapa organ pernapasan seperti sinus, faring, laring hingga hidung.
Baca juga:
"Penyakit Ispa ini dipicu karena perubahan cuaca di musim pancaroba akibat sirkulasi virus di udara yang meningkat," katanya.
Dikatakan, Ispa menjadi penyakit yang paling rawan terjadi pada saat perubahan cuaca, masyarakat harus melakukan antisipasi sedini mungkin. Salah satu bentuk antisipasi yang harus dilakukan yaitu istirahat yang cukup dan mengurangi mobilitas.
"Karenanya kita harap masyarakat bisa kurangi mobilitas dan istirahat cukup, serta segera memeriksakan diri di fasilitas kesehatan terdekat ketika ada gejala Ispa agar bisa mendapatkan penanganan maksimal lebih dini," katanya.