Kesulitan Identifikasi Jenazah Korban Kebakaran Depo Plumpang, Tim DVI RS Polri Tes DNA
JAKARTA - Tim dokter DVI Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto (RS Polri) Kramat Jati mengalami kesulitan dalam proses identifikasi jenazah korban kebakaran Depo Pertamina, Plumpang, Jakarta Utara.
Kesulitan itu karena kondisi jenazah yang terbakar dan kurangnya data pembanding dari pihak keluarga.
Karo Dokpol Pusdokkes Polri, Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan juga mengatakan, kesulitan teletak pada proses identifikasi pemeriksaan luar jenazah.
"Untuk identifikasi pemeriksaan luar agak susah, jadi kita ambil DNA," kata Brigjen Nyoman kepada wartawan, Senin, 6 Februari.
Seperti diketahui, sebanyak 15 jenazah dan satu potongan tubuh korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang dibawa ke RS Polri Kramatjati. Dari 15 jenazah, sebanyak 3 jenazah sudah teridentifikasi dan diserahkan kepada keluarga.
Namun saat ini, tim DVI terkendala proses identifikasi sidik jari karena jasad korban hangus terbakar. Kurangnya data ante mortem atau data pembanding dari pihak keluarga juga menjadi kendala. Dari 15 keluarga, baru 14 keluarga yang menyerahkan data ante mortem.
Baca juga:
Perlu diketahui, dalam proses identifikasi DVI melalui pencocokan data ante mortem dengan post mortem adalah sidik jari. Sehingga dipengaruhi oleh kondisi fisik luar jenazah.
Dari 15 orang jenazah korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, 9 orang jenazah diantaranya mengalami luka bakar grade 2 dan 3. Sedangkan 6 jenazah lainnya alami luka bakar lebih lanjut sehingga harus menggunakan pencocokan data DNA dan peta gigi geligi.
Tim DVI menargetkan hasil proses pencocokan data DNA ante mortem dari pihak keluarga korban dengan post mortem dari jenazah melalui uji laboratorium forensik dapat selesai dalam waktu empat hari.
"Kemarin kita ambil itu hari sabtu, setidaknya 4 hari, mudah - mudahan kita bisa dipercepat, biasanya seminggu. Kita bekerja dengan gigih, bukan kecepatan. Kan DNA ini juga step - stepnya kan ada itu. Tapi itu akan diupayakan semaksimal mungkin," kata Brigjen Nyoman.