Pemerintah Diminta Koordinasi dengan Kemenkes ASEAN Antisipasi Flu Burung
JAKARTA - Pakar kesehatan dari Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama meminta Pemerintah Indonesia mengkoordinasikan seluruh Kementerian Kesehatan negara ASEAN untuk kewaspadaan dan antisipasi flu burung.
"Untuk antisipasi flu burung sekarang ini, karena Indonesia sekarang memegang Keketuaan ASEAN maka akan baik kalau Kementerian Kesehatan kita mengkoordinasikan seluruh Kementerian Kesehatan negara ASEAN untuk kewaspadaan dan antisipasi flu burung," ujar Tjandra dilansir ANTARA, Minggu, 26 Februari.
Menurutnya, terdapat tiga hal dalam kewaspadaan dan antisipasi flu burung. Pertama, mendeteksi ada-tidaknya kasus di negara ASEAN lain di luar Kamboja (termasuk Indonesia).
Kedua, bila kasus ditemukan maka perlu upaya maksimal untuk mengendalikan pada sumbernya supaya kasus tidak keluar ke negara lain.
"Dan ketiga, negara yang belum ada kasus perlu membentengi diri agar jangan kemasukan," kata Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI itu.
Ada lima hal yang perlu dilakukan, pertama adalah surveilans ketat pada unggas dan manusia untuk mendeteksi awal jika sudah ada kasus.
"Untuk unggas deteksinya bisa di tiga tempat, yakni peternakan, pasar ayam, dan lingkungan rumah. Untuk manusia dapat dideteksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lain, apalagi kalau ada klaster beberapa orang dengan gejala yang sama," katanya.
Baca juga:
Untuk kewaspadaan dan antisipasi kedua, kata Tjandra, jika ada kecurigaan kasus pada manusia dan hewan maka tim yang turun ke lapangan harus dari tim gabungan antara kesehatan dan kesehatan hewan.
Ketiga, sarana diagnosis dicek ulang kesiapan dan ketersediaannya jika nanti diperlukan secara luas. Keempat, cek ketersediaan obat flu burung seperti Oseltamivir dengan merek Tamiflu.
Kelima, terus bekerja sama dengan WHO untuk memantau setidaknya perkembangan kasus di berbagai negara, perkembangan genomik kasus pada manusia dan unggas, serta kerja sama internasional untuk ketersediaan logistik yang mungkin akan diperlukan.