Polisi Olah TKP Pembakaran Pesawat Susi Air di Paro Nduga
JAYAPURA - Penyidik Reserse Kriminal Umum Polda Papua dan Satgas Penegakan Hukum Damai Cartenz melakukan olah tempat kejadian perkara pembakaran pesawat Susi Air di Lapangan Terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.
Komandan Satgas Damai Cartenz Kombes Faizal Rahmadani mengatakan kegiatan olah tempat kejadian perkara (TKP) dilaksanakan Rabu (15/2).
"Selain melakukan olah TKP, anggota juga melakukan pembersihan di lapangan terbang dari puing-puing pesawat Susi Air sehingga saat ini sudah dapat didarati," kata Faizal dilansir ANTARA, Kamis, 16 Februari.
Saat melakukan olah TKP, penyidik tidak mendapat gangguan apa pun termasuk dari kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Saat ini, lanjut Faizal, sudah tidak ada warga yang mendiami Paro karena mereka sudah mengungsi ke Kenyam sejak beberapa waktu lalu.
"Tidak ada lagi warga yang tinggal di Paro," jelas Faizal seraya menambahkan pengamanan di Lapangan Terbang Paro saat ini dilakukan personel dari Kopasgat TNI-AU.
Baca juga:
- Bantah KUHP Baru Berlaku untuk Ferdy Sambo, Mahfud MD: Hukuman Mati Jadi Penjara Seumur Hidup Harus Ada di Pembacaan Vonis Hakim
- Presiden Minta Basarnas Miliki Alat Pencarian Berteknologi Mutakhir 'Jet Suit' Seperti Iron Man
- BMKG Ajak Masyarakat Panen Air Hujan Antisipasi Kemarau Kering
- Soal Pembangunan Tanggul Laut Raksasa, Kementerian PUPR: Belum Jadi Prioritas Pemerintah Pusat
Mengenai kondisi pesawat milik Susi Air yang dibakar KKB, Faizal menjelaskan sekitar 80 persen badan pesawat mengalami kerusakan dan sudah menjadi puing-puing, kecuali bagian sayap, baling-baling dan ekor.
"Puing-puing pesawat Susi Air jenis Pilatus Porter itu sudah dibersihkan dari ujung Lapangan Terbang Paro sehingga kini sudah dapat didarati pesawat lagi," imbuh Faizal.
Pesawat Susi Air dengan nomor penerbangan PK-BVY yang dipiloti Philip Mark Merthens dibakar KKB sesaat setelah mendarat dengan membawa lima orang penumpang.
Saat ini, pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru itu disandera KKB pimpinan Egianus Kogoya.