Berhasil Melarikan Diri, Pengacara Ungkap Iran Tahan Pengunjuk Rasa di Penjara Rahasia

JAKARTA - Pengunjuk rasa anti-pemerintah yang ditangkap di Kota Masyhad, Iran, ditahan di penjara rahasia yang tidak memiliki fasilitas yang layak, kata seorang pengacara yang melarikan diri dari negara itu bersama keluarganya karena khawatir akan keselamatan mereka.

Ribuan warga Iran diyakini telah ditangkap karena mengambil bagian dalam protes nasional yang pecah pada pertengahan September, tidak menunjukkan tanda-tanda mereda meskipun tindakan kekerasan telah merenggut hampir 400 nyawa, menurut kelompok hak asasi manusia.

Pengacara Marzieh Mohebi mengatakan, dia mengetahui setidaknya satu 'situs hitam' bagi para tahanan di Masyhad beberapa minggu sebelum dia meninggalkan kota.

"Saya mengetahui tempat-tempat baru yang diperuntukkan bagi para tahanan di Masyhad yang tidak memenuhi kriteria penjara. Mereka tidak memiliki toilet, tempat makan, atau fasilitas medis untuk merawat luka," kata Mohebi kepada The National News, seperti dilansir 25 November.

Keluarga dari beberapa tahanan tidak tahu di mana anak-anak mereka, katanya.

"Keluarga para tahanan itu dirahasiakan oleh Pengadilan Revolusi Iran dan Kementerian Kehakiman. Mereka berada dalam situasi yang sangat buruk," ungkapnya.

Protes kematian Mahsa Amini di Iran. (Wikimedia Commons/Darafsh)

Mohebi, yang telah berpraktik hukum selama lebih dari dua dekade, dipuji oleh media pemerintah pada tahun 2017 atas bantuan hukum pro bono yang diberikan oleh Asosiasi Pengacara Wanita Soura yang ia dirikan.

Dia menolak untuk mengatakan keadaan apa yang mendorongnya untuk melarikan diri dari Iran, kecuali dia mengkhawatirkan keselamatan keluarganya.

Pengadilan Iran mengatakan dua minggu lalu, mereka telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 1.000 orang sehubungan dengan protes, yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini dalam tahanan, seorang wanita muda yang ditangkap oleh polisi moralitas di Teheran atas tuduhan melanggar peraturan berbusana.

Mohebi mengatakan, dia telah didekati untuk meminta bantuan oleh orang-orang yang telah dipanggil oleh Kementerian Intelijen selama protes.

"Mereka takut pergi (ke kementerian) karena akan ditangkap. Mereka juga takut tidak bisa hidup normal," terangnya.

Dia mengatakan, kementerian menggunakan metode yang sama dengan pelecehan emosional.

"Ketika keluarga datang kepada saya, mereka mengatakan anak-anak mereka berada di bawah tekanan dan rasa sakit fisik ketika mereka membuat pengakuan," ucapnya, mengacu pada pengunjuk rasa yang ditahan.

Protes di Iran. (Wikimedia Commons/Darafsh)

Mohebi mengatakan, dia telah melihat tanda-tanda kekerasan fisik di antara para tahanan. Pasukan keamanan "kebanyakan menyerang mereka di universitas atau kantor polisi," katanya.

Dikatakan olehnya, banyak tahanan yang tidak pernah sama lagi setelah mereka dibebaskan.

"Adalah umum bagi tahanan yang dibebaskan menjadi sangat tertekan dan memiliki perasaan yang luar biasa akan malapetaka yang akan datang," tuturnya.

Mohebi mengutip contoh publik figur yang dia kenal secara pribadi, tetapi tidak ingin diidentifikasi.

"Ketika mereka dibebaskan dari penjara, mereka tidak berbicara dengan siapa pun. Mereka tidak memiliki kontak dengan dunia luar dan tidak aktif di platform media sosial. Berat badan mereka turun secara signifikan," terangnya.

"Saya pikir banyak tahanan yang dibebaskan seperti ini, keinginan untuk hidup diambil dari mereka," pungkasnya.