Genjot TKDN di Industri Trafo Dalam Negeri, PLN Gandeng PT Krakatau Steel dan Pertamina Lubricants
JAKARTA - PT PLN (Persero) bersinergi dengan PT Krakatau Steel (KS) dan Pertamina Lubricants untuk mendukung peningkatan penggunaan produk dalam negeri di sektor energi ketenagalistrikan.
Kerja sama ini dituangkan dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman kerja sama / Memorandum of Understanding (MoU) antara PLN dengan KS serta PLN dengan Pertamina Lubricants.
Dengan KS, PLN bersinergi dalam pengembangan dan penggunaan produk baja. Sedangkan dengan Pertamina Lubricants, PLN bersinergi dalam pengembangan dan penggunaan minyak pelumas dan transformator oil.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, melalui sinergi lintas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan kolaborasi dengan berbagai perusahaan swasta, PLN berupaya mengonsolidasikan volume pemakaian silicon steel dan minyak trafo.
Lewat kerja sama tersebut, diharapkan produk silicon steel yang sebelumnya diproduksi di luar negeri, kini bisa diproduksi di dalam negeri.
Silicon steel sendiri merupakan salah satu material paling penting yang digunakan sebagai inti atau core dari sebuah trafo.
"Kerja sama ini juga dilakukan agar industri silicon steel dan minyak trafo dapat tersedia di dalam negeri," katanya.
Kolaborasi PLN dengan Pertamina Lubricant, salah satu anak usaha PT Pertamina untuk menghadirkan produksi minyak trafo di Indonesia.
Langkah ini dilakukan untuk menjawab tantangan sulitnya mendapatkan bahan baku dari dalam negeri untuk proyek di industri trafo.
"Tantangan ketersediaan bahan baku kemudian gayung bersambut dengan langkah cepat teman teman Pertamina dan Krakatau Steel untuk bersama PLN menciptakan industri yang bisa memenuhi kebutuhan ini," ucapnya.
Menurut dia, dengan langkah akrobatik ini diharapkan bisa meningkatkan angka TKDN di industri trafo yang hanya di kisaran 30 persen hingga 40 persen.
Semula, angka ini sangat sulit untuk ditingkatkan menjadi lebih tinggi lagi, mengingat bahan baku utamanya yakni silicon steel dan minyak trafo, masih berasal dari luar negeri alias impor.
Sedangkan, masing-masing dari produk tersebut mengambil porsi 30 persen dari biaya produksi. Belum lagi masalah produsennya yang terbatas, yang di dunia ini untuk silicon steel hanya ada 10 pabrikan saja.
Sehingga dunia berebut untuk mendapatkannya dan mengakibatkan harga yang mahal, ketersediaan yang sangat terbatas. Dan untuk mendapatkannya harus inden empat bulan hingga enam bulan.
Secara prinsip ekonomi, jika barang semakin langka dan sulit didapat, maka harganya akan lebih mahal.
"Silicon steel itu kami mendapatkan impor dari mitra-mitra kami, itu langka. Berebut karena produsennya sangat terbatas. Sudah berebut, dapatnya lama, karena jarang barangnya, harganya tinggi. Nah ini yang menyebabkan itu tadi," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Komersial PT Krakatau Steel Melati Sarnita mendukung program peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pemerintah untuk membantu para pelaku industri dalam negeri bisa bertumbuh.
Baca juga:
Menurutnya, program TKDN bisa memberikan kepastian bisnis bagi pelaku industri dalam negeri.
"Penerapan TKDN, bagi kami di industri TKDN itu sebenarnya sebuah tools untuk meningkatkan utilisasi. Karena rata-rata utilisasi dalam negeri itu sangat rendah, dibandingkan dengan ketika mereka membangun ekonomi skill, ketika mereka membangun industri tersebut. Investasinya tidak balik itu masalah yang paling umum, industri itu berinvestasi tapi tidak memiliki garansi untuk return," jelasnya.
Oleh karena itu, kata Melati, dirinya memberikan apresiasi kepada PLN yang mau melakukan inisiatif dalam mendorong penggunaan produk dalam negeri lewat kolaborasi. Dirinya berharap semakin banyak pelaku usaha yang memiliki inisiatif tersebut.
"Saya sangat senang sekali PLN bisa melakukan pengembangan bersama dengan industri. Kolaborasi yang dilakukan oleh PLN dengan seluruh industri ini luar biasa," kata Melati.