Arus Peti Kemas Pelindo Capai 12,8 Juta TEUs pada Triwulan III 2022
JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo berhasil membukukan tren positif pada kinerja operasional.
Pada Triwulan III 2022, Pelindo mencatat arus peti kemas mencapai 12,8 juta TEUs atau meningkat 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, arus barang terealisasi sebesar 116 juta ton, tumbuh 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Dengan transformasi dan peningkatan pelayanan yang terus berlangsung, kami berharap tren positif kinerja Pelindo akan terus berlanjut dan dapat target perusahaan yang telah ditetapkan hingga akhir tahun 2022 dapat terpenuhi,” ujar Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono dalam keterangan resmi, Kamis 17 November.
Arif Suhartono menjabarkan, arus kapal yang keluar masuk pelabuhan mencapai 882 juta GT atau tumbuh 1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Di sisi lain, arus penumpang mencapai 10.9 juta orang atau meningkat 98 persen dibandingkan tahun sebelumnya, adapun pelonggaran kebijakan pembatasan mobilisasi masyarakat menjadi faktor utama peningkatan arus penumpang ini.
Ia melanjutkan, hasil dari transformasi Pelindo pasca merger mulai terlihat dari peningkatan kinerja dan produktivitas bongkar muat peti kemas di sejumlah terminal peti kemas.
Peningkatan produktivitas bongkar muat diukur dengan parameter boks per kapal per jam (BSH) dan pengurangan port stay atau waktu sandar kapal di pelabuhan yang diukur dengan jumlah hari.
“Bagi Pelindo, makin pendeknya waktu sandar dan waktu bongkar muat membuat biaya operasional makin efisien, dan diharapkan trafik kapal dapat meningkat. Bagi pelanggan, baik shipping line maupun cargo owner juga dapat memetik manfaat efisiensi biaya dan business opportunity yang lebih besar,” ujar Arif.
Untuk Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan dan TPK Makassar, lanjutnya, jumlah bongkar muat naik dari 20 boks per kapal per jam menjadi 34 hingga 45 boks, bahkan mencapai 60 boks saat optimum.
Kecepatan bongkar muat itu membuat waktu sandar kapal pun dapat berkurang menjadi setengahnya, dari dua hari menjadi hanya satu hari. Peningkatan kinerja juga terjadi di TPK Ambon dan Sorong, di mana waktu sandar dapat berkurang dari dua hari menjadi satu hari.
“Selain itu, seluruh pelayanan terminal peti kemas kami ke depannya akan memiliki standar pelayanan yang sama sesuai dengan kelas masing-masing, hal ini tentunya memudahkan kontrol dan monitoring baik bagi kami selaku operator maupun pengguna jasa kami,” tambah Arif.
Setelah setahun merger, tambah Arif, Pelindo meluncurkan sistem operasi pelabuhan peti kemas terintegrasi yang disebut Terminal Operating System (TOS) Nusantara.
Baca juga:
Sistem ini digunakan untuk merancang, mengendalikan, memantau, dan membuat laporan seluruh aktivitas pelabuhan seperti bongkar muat, penumpukan, relokasi, serta pengaturan gerbang (gate in-gate out).
Sistem baru ini telah digunakan di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Terminal Petikemas Makassar, dan secara bertahap akan dioperasikan pada terminal lain di Indonesia.
“Standarisasi bisnis dan pelayanan kedepannya diharapkan dapat memberikan kontribusi pada penurunan biaya logistik secara bertahap. Pada akhirnya, efisiensi biaya logistik ini dapat membantu meningkatkan perekonomian nasional,” pungkas Arif.